Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pria Cabuli Anak-anak, Komnas PA Kritik Pemkot Depok

Kompas.com - 13/04/2021, 15:02 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Aris Merdeka Sirait mengkritik Pemerintah Kota Depok terkait kasus pencabulan anak-anak oleh seorang pria di Kecamatan Sukmajaya dengan modus mengajak nonton film horor.

Warga sekitar mengaku mulanya tak menyangka pria itu merupakan predator seksual anak dan menganggapnya baik.

Pria itu sering mengajak anak-anak berkumpul untuk menonton film bareng.

"Ini sebenarnya tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa ini gagalnya Pemerintah Kota Depok untuk melaksanakan (predikat) Kota Layak Anak itu," ujar Arist, Selasa (13/4/2021).

"Ini terjadi karena tidak ada penyuluhan, kan. Ini daerah yang perlu mendapatkan penyuluhan, karena banyak anak-anak di sini," imbuhnya.

Baca juga: Modus Ajak Nonton Film Horor, Pria di Depok Cabuli Anak-anak

Menurut Arist, Pemerintah Kota Depok semestinya membangun kesadaran kepada warga di permukiman tersebut agar waspada terhadap keselamatan anak-anak di lingkungan mereka.

"Bayangkan, sudah bertahun-tahun pelaku itu mengumpulkan anak-anak, dan warga masyarakat menganggap itu adalah baik-baik saja. Sudah hampir 2 tahun," kata dia.

"(Warga) harus lebih kritis karena kan memang banyak orang yang mungkin saja berpura-pura baik, dekat dengan anak," lanjut Arist.

Arist mengaku baru saja mengunjungi dua anak yang menjadi korban pencabulan pria itu.

Menurut dia, tidak menutup kemungkinan masih ada korban lain yang belum berani berbicara.

Baca juga: Cerita di Balik Foto Viral Anak-anak Bermain di Selokan Depan Plaza Indonesia

Menurut Arist, korban saat ini masih dilanda trauma, depresi, dan menderita infeksi di kemaluan akibat pencabulan itu.

"Pokoknya setiap kali mereka menonton tayangan film-film horor, setelah itu dipanggil ke kamar. Jadi, lebih dari 8 kali. Ganti-gantian," kata dia.

"Kehadiran kita untuk memastikan supaya pelaku betul-betul bisa dapat dijerat dengan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, karena ini merupakan kejahatan kemanusiaan dan luar biasa," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com