Pegawai KPI Korban Pelecehan Baru Berani 'Speak Up', Pengacara: Sudah Tak Tahan Lagi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak kuasa hukum menyebutkan pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang menjadi korban perundungan dan pelecehan seksual, MS, memberanikan diri menyampaikan kepada publik karena sudah tidak tahan lagi.

"Karena dia tidak tahan lagi atas perundungan dan pelecehan seksual yang dialaminya di tempat kerja (KPI), sehingga dia mengeluhkesahkan apa yang dia alami kepada publik," kata kuasa hukum MS, Rony E Hutahaean di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (6/9/2021).

Rony menuturkan, MS sempat mengadukan insiden perundungan dan pelecehan seksual yang dialaminya ke pimpinan. Namun, MS justru kecewa dengan sikap pimpinannya.

MS telah menjalani pemeriksaan kondisi kejiwaan di RS Polri pada hari ini.

Baca juga: Laporkan Pelecehan Seksual ke Kantor, Pegawai KPI Hanya Dipisah Ruangan dengan Pelaku

Rony mengatakan, pemeriksaan berjalan lancar.

"Pihak rumah sakit menyampaikan butuh 14 hari baru keluar hasilnya," kata Rony.

Kasus pelecehan seksual dan perundungan yang menimpa MS ini mencuat setelah ia menulis surat terbuka yang kemudian viral di media sosial Rabu pekan lalu.

Dalam surat terbuka itu, MS mengaku sudah menjadi korban perundungan sejak ia bekerja di KPI pada 2012. Bahkan ia juga sempat mengalami pelecehan seksual oleh sejumlah rekan kerjanya pada 2015.

MS sudah pernah melaporkan perundungan dan pelecehan seksual yang ia alami ke atasan hingga polisi, namun tidak ditanggapi.

Baca juga: Pengacara Sebut Pegawai KPI Korban Pelecehan Masih Trauma

Setelah surat terbuka MS itu viral, Komisioner KPI langsung membentuk tim investigasi internal guna menyelidiki kasus ini. KPI juga langsung mendampingi MS membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat.

MS melaporkan lima pegawai KPI yang telah melecehkannya pada 22 Oktober 2015, yakni RM, FP, RT, EO dan CL.

Dalam laporannya, MS menceritakan bahwa pelecehan seksual itu dilakukan di ruang kerja di Kantor KPI Pusat.

MS yang tengah bekerja tiba-tiba didatangi oleh para terlapor.