Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sisi Lain Raden Aria Wangsakara, Gemar Makan Pindang Bandeng dan Suka Aroma Kemuning

Kompas.com - 12/11/2021, 14:08 WIB
Muhammad Naufal,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Raden Harris Yasin Yudhanegara berusaha keras untuk mengingat cerita masa kecil dari leluhurnya yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, yakni Raden Aria Wangsakara.

Menurut dia, masa kecil Raden Aria Wangsakara yang dikenal sebagai pendiri Tangerang itu sedikit banyak masih diselimuti misteri hingga saat ini.

Yang banyak diketahui masyarakat adalah Raden Aria Wangsakara bersama dua adik sepupunya yang bernama Raden Aria Santika dan Pangeran Surya Dewangsa pindah dari wilayah yang kini disebut Sumedang di Jawa Barat ke wilayah yang kini disebut Banten.

Raden Harris Yasin Yudhanegara alias Kang Bayu merupakan keturunan dari anak pertama Raden Aria Wangsakara, yaitu Yudhanegara, menceritakan sisi Raden Aria Wangsakara yang belum banyak diketahui publik.

Baca juga: Raden Aria Wangsakara Akhirnya Terima Gelar Pahlawan Nasional, Keturunannya Kumpulkan Data Sampai ke Belanda

Suka bermain hingga suka pindang bandeng

Dari kisah-kisah yang diceritakan kakeknya, Kang Bayu menyebut Raden Aria Wangsakara kecil suka bermain seperti bocah pada umumnya.

"Dia (Raden Aria Wangsakara) suka permainan-permainan anak-anak kecil, banyak permainan yang dia sukai," kata Kang Bayu saat ditemui di Makam Aria Wangsakara di Lengkong, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Kamis (11/10/2021).

Lantaran menghabiskan masa rejamanya di Sumedang, Raden Aria Wangsakara sangat menyukai pindang bandeng khas Sumedang.

Raden Aria Wangsakara bahkan sering meminta untuk dibawakan pindang bandeng langsung dari Sumedang.

Pasalnya, Pahlawan Nasional itu merasa pindang bandeng yang dibuat di Tangerang memiliki rasa yang berbeda dari pindang bandeng dari Sumedang.

Baca juga: Nama Pahlawan Nasional Aria Wangsakara Akan Dijadikan Nama Jalan di Tangsel

"Cerita kakek-kakek saya, Aria senang makannya pindang bandeng. Makanya dulu kalau dia pengin makan pindang bandeng, minta dibawain dari Sumedang, dibuatkan," urai Kang Bayu.

Sisi lain Raden Aria Wangsakara, meski disebut sebagai ahli strategi perang dan duta ulama, dia juga sangat menyukai tumbuhan kemuning karena wanginya.

Mengetahui hal tersebut, Kang Bayu hendak menanam kemuning di sekitar Makam Raden Aria Wangsakara.

"Dia suka tumbuhan pohon kemuning. Makanya saya akan menanam pohon kemunging di sini. Biar aroma di sini wangi, karena kemuning itu bunganya luar biasa wangi," tutur Kang Bayu.
 
Dia mengaku, banyak yang tidak mengetahuinya kisah Raden Aria Wangsakara kecil.

Sebab, Raden Aria Wangsakara masuk ke Banten saat sudah berumur 20-25 tahun.

"Masa kecilnya Aria Wangsakara tidak banyak yang tahu. Karena datang ke sini (Tangerang) sekirar umur 20-25 tahun," ungkapnya.

Setibanya di Tangerang, Raden Aria Wangsakara menikah dengan Nyi Mas Nurmala, anak Bupati Karawang I Singa Purbangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com