Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Belanda Soroti Pengguna Air Tanah di Jakarta: Harusnya Tidak Gratis

Kompas.com - 23/11/2021, 18:46 WIB
Ihsanuddin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambertus Christiaan Grijns menyoroti penggunaan air tanah di Jakarta.

Ia menilai, penggunaan air tanah oleh tiap rumah tangga menjadi salah satu alasan Jakarta kerap tergenang banjir dan permukaan tanahnya turun.

"Ini salah satu alasan kenapa pelan-pelan Jakarta tenggelam," kata Lambert dalam diskusi yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (23/11/2021).

Dalam diskusi itu, Lambert awalnya membeberkan bagaimana upaya Belanda selama puluhan tahun menanggulangi bencana banjir.

Baca juga: Cara Belanda Tangani Banjir: Infrastruktur Miliaran Dollar AS dan Kerja Sama Semua Pihak

Ia lalu menjawab pertanyaan hadirin terkait banjir di Jakarta dan solusinya.

Lambert mengaku setuju dengan kebijakan pemerintah yang hendak melarang warga Jakarta untuk menyedot air tanah.

Ia menilai, kebijakan itu merupakan langkah berani untuk mencegah terus menurunnya permukaan tanah di Jakarta.

"Konsekuensinya masyarakat harus bayar untuk mendapatkan air. Tapi air seharusnya memang tidak gratis," katanya.

Lambert mengatakan, mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah puluhan tahun memanfaatkan air tanah secara gratis memang tidak mudah.

Namun, ia menilai kebiasaan itu perlahan-lahan harus diubah demi menjaga alam dari kerusakan.

"Di masa mendatang, kita harus melihat alam bukan lah sesuatu yang bisa kita konsumsi secara gratis. Kita harus bayar untuk mendapatkan nilai yang diberikan alam," katanya.

Baca juga: Normalisasi Era Anies Mandek, Politisi Gerindra: Karena Pakai Cara Humanis

Selain soal penggunaan air tanah, ia menilai penyebab lain banjir di Jakarta adalah limpahan air dari dataran yang lebih tinggi serta pengelolaan sungai yang tidak optimal.

Namun, ia menilai masalah banjir ini memang sudah terjadi sejak dulu dan butuh penyelesaian yang holitistik untuk mengatasinya.

"Ini bukan permasalahan pemerintahan yang sekarang saja," katanya.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebelumnya telah mengimbau warga Jakarta untuk mengurangi bahkan menghentikan penggunaan air tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com