Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Kalideres Mengaku Rugi hingga Rp 300 Juta karena Kebakaran, Hanya Ditawari Uang Kerahiman Rp 5.000.000

Kompas.com - 08/12/2021, 20:19 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang di Pasar Kalideres yang menjadi korban kebakaran, mengaku masih akan terus memperjuangkan haknya.

Pasalnya, sejak pasar tersebut terbakar pada 24 Oktober 2021 lalu, pedagang tidak diberikan ganti rugi apapun selain uang kerahiman.

"Korban kebakaran hanya ditawari uang kerahiman oleh pengelola pasar sebesar Rp 2,5 juta awalnya. Tapi kemudian naik menjadi Rp 5.000.000 karena banyak yang enggak mau," kata Toto (47), pedagang sembako Pasar Kalideres saat ditemui di Jakarta, Rabu (8/12/2021).

Baca juga: Pedagang Korban Kebakaran Pasar Kalideres Demo ke Pemprov dan DPRD DKI, Minta Ganti Rugi

Meski nilai uang kerahiman tersebut dinaikkan, kata Toto, hanya sebagian pedagang yang mau mengambil uang tersebut.

Toto dan sembilan pedagang lainnya mengaku enggan mengambil uang tersebut lantaran nominal tersebut tidak sebanding dengan kerugian yang mereka alami.

Dia secara pribadi mengaku mengalami kerugian hingga Rp 200 juta, setelah delapan kios sembakonya ludes dilalap api.

Baca juga: Hanya Diberi Uang Kerahiman, Pedagang Korban Kebakaran Pasar Kalideres: Rp 2,5 Juta untuk Beli Apa?

Sedangkan, Yanti (38), pedagang pakaian, yang mengalami kerugian hingga Rp 300 juta setelah tiga kios beserta dagangan pakaiannya ludes.

"Saya jual baju, sepatu, tas, sandal, banyak deh. Semua habis," ungkap Yanti.

Sementara itu, Doni (44) pedagang aksesori, yang mengalami kerugian hingga Rp 135 juta, mengatakan, sebagian pedagang yang menolak uang kerahiman adalah pedagang yang terdampak kerugian ratusan juta.

"Yang ngambil itu, rata-rata yang kerugiannya di bawah Rp 10 juta. Jadi mereka mungkin masih tidak masalah dengan nominal yang ditawarkan," kata Doni.

Selain nominal, pihaknya menolak uang kerahiman tersebut karena alasan uang tersebut diberikan oleh pengelola pasar tidak lah masuk akal.

Kata dia, pengelola pasar beralasan peristiwa kebakaran tersebut merupakan sebuah musibah, sehingga uang kerahiman patut diberikan.

Sebaliknya, Toto dan sejumlah pedagang meyakini, peristiwa kebakaran tersebut merupakan dampak akibat bentuk kelalaian dan pembiaran dari pengelola pasar.

"Kebakaran ini kan bukan musibah. Melainkan karena kelalaian dari Perumda (Pasar Jaya)," tegas Toto.

Ia mencontohkan, bentuk kelalaian dapat dilihat dari sistem kelistrikan yang tidak aman.

Lebih jauh, Toto dan pedagang lain yang tergabung dalam Forum Pedagang Pasar Kalideres tersebut menuntut pengelola agar mau memberikan uang ganti rugi setidaknya 50 persen dari jumlah kerugian masing-masing pedagang.

Kukuh memperjuangkan tuntutan tersebut, pihaknya bahkan menggandeng lembaga bantuan hukum ke pengadilan.

Selain itu, mereka juga telah melakukan orasi di Balai Kota dan DPRD DKI Jakarta pada Senin lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com