Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Kota Tua Masih Kucing-kucingan Sambil Pantau Keramaian Kota Intan

Kompas.com - 12/07/2022, 07:27 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan petugas gabungan merelokasi ratusan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan wisata Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, pada Senin (11/7/2022).

Para PKL kawasan Kota Tua memiliki dua pilihan lokasi binaan (lokbin), yakni kawasan Kota Intan yang dikelola Pemerintah Kota Jakarta Barat dan Gedung Cipta Niaga yang dikelola swasta.

Meski rencana relokasi sudah menjadi bahan diskusi sejak beberapa bulan lalu, sejumlah pedagang mengeluhkan rencana itu.

Baca juga: Ratusan PKL Kota Tua Dipindah ke Kawasan Kota Intan dan Cipta Niaga

Salah satu pedagang, Ahmad (30) mengaku berkeberatan dengan relokasi tersebut. Pasalnya, tempat relokasi yang disediakan, harus membuatnya merogoh kocek lebih untuk sewa tempat.

"Soalnya disuruh bayar kalau enggak salah, uang mukanya Rp 2 juta, biaya perbulannya Rp 1,5 juta, dan kebersihannya Rp 4.000 per hari," kata Ahmad usai diminta memindahkan barang dagangannya oleh petugas Satpol PP di Kota Tua Jakarta, Senin.

Selain soal biaya, kekhawatiran terbesarnya adalah dua lokasi lokbin tersebut masih sepi. Ia ragu dapat menjual dagangannya selaris di lokasi sebelumnya, yakni di pintu masuk Kota Tua di jalan trotoar samping Gedung Mandiri.

"Masalahnya, tempatnya sepi, dua-duanya sepi. Mana ada yang mau ke sini, kan tempat wisatanya di sana," kata Ahmad yang sudah berdagang sejak 2016.

Baca juga: Ratusan PKL di Kawasan Kota Tua Direlokasi ke Lokasi Binaan, Tidak Ada Perlawanan

"Saya enggak begitu masalah kalau bayar, tapi kalau sepi, pemasukan saya pun bisa jadi tidak akan cukup buat bayar sewa lapak," imbuh dia.

Ahmad mengaku belum mendaftar sewa lapak di dua lokasi binaan itu. Ia mengatakan masih akan memantau trafik pengunjung yang mampir di masing-masing lokasi.

"Kalau sekarang, masih kucing-kucingan dulu dengan petugas. Sembari mantau lokasi-lokasi itu ramai atau enggak," kata Ahmad.

Jika kedua relokasi dianggapnya sepi dan tidak sepadan, Ahmad berencana untuk tidak berjualan dengan menetap di kawasan Kota Tua lagi. Melainkan, ia akan berdagang berkeliling.

Sementara Rizal (50), pedagang pakaian di lokasi binaan Kota Intan, mengakui sepinya tempat relokasi tersebut. Ia menyebut Kota Intan berada cukup jauh dari pusat wisata.

"Bedanya di sana (lokasi PKL lama) ramai, dijamin pembeli, karena kan memang aksesnya Kota Tua di sana. Kalau di sini kan nunggu bus (pengunjung) datang (parkir), kalau enggak ada bus yang datang, ya sepi," ujar Rizal, Senin.

"Pengelola sudah bagus, cuma memang pengunjungnya saja yang enggak ada. Kalau pengelolaannya bagus, cuma pengunjungnya saja yang enggak ada," kata Rizal.

Rizal mengatakan, sejak berjualan di Kota Intan beberapa waktu lalu, omzet penjualannya menurun drastis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com