Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Olahan Minyak Jelantah Tak Hanya Dinikmati Negara Lain, Tapi Juga Negeri Sendiri..

Kompas.com - 30/11/2022, 20:05 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren transisi energi dari bahan bakar fosil beralih ke sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan (biodiesel) membuat minyak jelantah dari Rumah Sosial Kutub diminati negara-negara Eropa.

Sejak 2018, Rumah Sosial Kutub telah menginisiasi gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum).

Manajer Program Tersenyum Rumah Sosial Kutub Nanang Ardiansyah sebetulnya menyayangkan sebagian besar minyak jelantah hasil gerakan sedekah itu diekspor ke luar negeri.

"Untuk pemanfaatan minyak jelantah dalam negeri saat ini masih dalam skala kecil," ujar , kepada Kompas.com, Selasa (29/11/2022).

Baca juga: Rumah Sosial Kutub Bergerak Jadikan Limbah Minyak Jelantah Jadi Sedekah

Menurut Nanang, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di dalam negeri sebetulnya memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia.

Setiap tetes minyak jelantah yang dikumpulkan Rumah Sosial Kutub masih diekspor dalam bentuk mentah. Pengolahan jadi biodiesel sepenuhnya dilakukan di negara-negara importir.

Seperti diketahui biodiesel dinilai mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dan berbahan baku dari sumber yang berlanjutan.

Saat ini, Nanang berujar sebagian besar negara-negara Eropa menerapkan kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan deforestasi.

"Harapan kami, kalau bisa tidak diekspor. Ini bahan bakar yang baik dari limbah. Kalau bisa digunakan, diproduksi dan dimanfaatkan kembali di Indonesia," ujar Nanang.

Nanang berharap segera ada kebijakan dari pemerintah agar industri dalam negeri bisa mengelola minyak jelantah dengan standardisasi yang sudah baik agar kebermanfaatannya bisa dirasakan kembali di dalam negeri.

"Ini potensi baik, bahan bakar baik. Kalau bisa digunakan untuk Indonesia sendiri. Kalau sudah ada kebijakan pemerintah tidak menutup kemungkinan ini berkelanjutan," kata Nanang.

Baca juga: Ketika Rumah Sosial Kutub Ubah Limbah Minyak Jelantah Jadi Penyumbang Devisa Negara

Penyumbang Devisa Negara

Gerakan sedekah minyak jelantah lewat progam Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) oleh Rumah Sosial Kutub.Doc. Rumah Kutub Sosial Gerakan sedekah minyak jelantah lewat progam Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) oleh Rumah Sosial Kutub.

Gerakan sedekah minyak jelantah lewat program Terima Sedekah Minyak Jelantah untuk Mereka (Tersenyum) yang diinisiasi oleh Rumah Sosial Kutub cukup diminati pasar ekspor, terutama dari Finlandia.

Nanang menyebutkan porsi penyaluran minyak jelantah untuk diekspor saat ini cukup besar, 90 persen. Adapun untuk pemanfaatan dalam negeri hanya 10 persen, biasanya digunakan untuk pembuatan sabun hingga lilin.

Nanang menyebutkan rata-rata minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan itu sebanyak 27-30 ribu liter per bulan. Dari situ, minyak akan dikonversi untuk produksi biodiesel dengan harga jual fluktuatif seharga Rp7.000-10.000 per liter.

Halaman:


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com