Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Bilang Bisnis Baju Bekas Bawa Penyakit, Pedagang: Berlebihan, Kan Dicuci Dulu...

Kompas.com - 17/03/2023, 12:39 WIB
Rizky Syahrial,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang baju bekas impor atau thrift di Blok M Square, Jakarta Selatan, Bosman Hasugian menyayangkan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan soal usaha baju bekas harus ditindak karena berisiko menimbulkan penyakit.

Bosman mengatakan, baju bekas tersebut dicuci terlebih dahulu sebelum dijual. Bahkan, ia juga selektif memilih baju bekas mana yang masih layak untuk dijual.

"Kalau Menteri Perdagangan bilang dagangan kami (baju bekas impor) ada kotor, bakteri, itu berlebihan. Baju ini kan dicuci dulu," kata Bosman kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2023).

"Setelah buka dari bal, semua baju kami bawa ke (tempat) laundry dulu, baru digosok (setrika). Yang sudah robek, jelek, atau kotor banget, ya kami buang," tambah dia.

Baca juga: Pedagang Baju Bekas di Blok M Minta Solusi dari Jokowi: Jangan Ditutup Begitu Saja

Pedagang thrift lainnya, Andriani (53), menuturkan hal yang sama.

Menurut Andriani, setelah membuka bal berisi pakaian-pakaian bekas impor yang baru dibeli, ia pun mencuci semua pakaian tersebut.

Adapun berat satu bal berisi baju bekas tersebut bisa mencapai 80-100 kilogram. Andriani harus mencuci baju-baju tersebut ke tempat laundry dengan harga Rp 6.000 per kilogram.

"Kami modal dululah. Satu bal isinya bisa 80 kg, ada yang 100 kg. Kami cuci dulu semua di (tempat) laundry. Itu di bawah gantungan baju ada kardus, abis di-laundry semua," kata Andriani.

Baca juga: Pengelola Blok M Square Larang Jualan Baju Bekas Impor, Pedagang Thrift Merasa Kecewa dan Pusing

Menurut Andriani, jika tidak dicuci, baju bekas tersebut mengeluarkan bau serta lecek.

"Enggak mungkin kemeja warna putih ini belum dicuci. Enggak akan putih seperti ini kan warnanya. Belum lagi ada bau kalau enggak di-laundry dulu," papar Andriani.

"Hal itu (cuci baju thrift), kami pedagang pasti pikirkan kok," pungkas dia.

Sebelumnya, Mendag Zulkifli Hasan mengatakan, bisnis baju bekas (thrift) di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harus ditindak. Sebab, menurut Zulkifli, ada risiko kesehatan yang harus diperhatikan dari bisnis penjualan baju bekas tersebut.

"Nah itu (di Pasar Senen) harus ditindak," ujar Zulkifli di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Baca juga: Pedagang di Blok M Soal Larangan Impor Baju Bekas: Pemerintah Berlebihan...

"Bukan soal usaha tidak usaha, ini kan bawa penyakit. Kalau orang pakai jamuran gimana? Nular dari daerah mana ke daerah mana, penyakitan kan enggak bagus," kata dia.

Meski demikian, Zukifli mengatakan, pemerintah tetap perlu bukti sebelum menindak bisnis tersebut di Pasar Senen.

"Kasih saja datanya. Ya kan kami perlu bukti untuk menindak," kata Zulkifli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com