Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Bus AKAP, Pernah Dimaki Penumpang karena Tidak Tahu Harga Tiket Naik saat Lebaran

Kompas.com - 19/04/2023, 17:13 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dadang Permana (44), sopir bus AKAP PO Kramat Djati, mengungkapkan, ia pernah dicaci-maki oleh penumpang.

Hal tersebut cukup membekas pada dirinya lantaran penyebab cacian yang dilontarkan sangat sepele.

"Dicaci-maki sama penumpang karena soal ongkos. Mereka enggak tahu harga tiket," ucap Dadang di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (18/4/2023).

Baca juga: Menanti Lebaran dengan Harapan Banyak Penumpang, Sopir Bus AKAP: Kirain Ada Lonjakan, Ternyata Enggak

Harga tiket untuk menaiki bus yang dikemudikan Dadang dari Jakarta Timur menuju Subang adalah Rp 60.000 pada hari biasa.

Sementara setiap momen Lebaran, harga tiketnya naik Rp 15.000 menjadi Rp 75.000.

Akan tetapi, harga akan kembali normal menjadi Rp 60.000 begitu musim mudik Lebaran berakhir.

"Karena mereka enggak ngerti harga, mereka juga suka komplain. Dikira harganya naik atau terlalu mahal. Kami kan ikut aturan saja," Dadang berujar.

Terlepas dari cacian yang diterima, Dadang tetap menikmati bekerja sebagai sopir bus AKAP.

Baca juga: Bermodal Nekat dan Restu Orangtua, Wakhid Kuasai Jalanan Lintas Provinsi sebagai Sopir Bus

Sebab, pekerjaan itu membuatnya mampu menghidupi keluarganya di Sumedang.

Akan tetapi, pendapatannya menurun seiring jumlah penumpang yang turut menurun imbas pandemi Covid-19, terutama selama momen Lebaran.

Sebelum pandemi Covid-19, sebelum 2019, biasanya lonjakan penumpang sudah tampak sejak tujuh hari sebelum Lebaran.

Bahkan, tiga hari sebelum Lebaran, Dadang hanya perlu mengetem di Terminal Kampung Rambutan selama 30 menit saja.

"30 menit saja sudah penuh itu, satu bus kapasitas 59 orang. Sekarang hampir lebih dari satu jam baru ada 15 orang, enggak banyak," terang Dadang.

Tentunya, hal ini memengaruhi pendapatan Dadang.

Baca juga: Saat Madu Murni Jadi Doping Sopir Bus Rute Lintas Sumatera...

Sebab, sebelum pandemi, ia mampu membawa pulang Rp 300.000-Rp 400.000 per hari.

"Itu sudah dipotong untuk setoran dan bagi-bagi sama kondektur. Sekarang per hari di bawah itu, kemarin (17/4/2023) cuma dapat Rp 100.000," kata Dadang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com