JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat mendata warga yang menghuni kolong Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17, Jelambar Baru, Jakarta Barat.
Kepala Satpol PP Jakarta Barat Agus Irwanto mengatakan, pendataan dilakukan sejak Senin (19/6/2023) hingga Selasa (20/6/2023).
Petugas bersama pihak Kelurahan Jelambar Baru mendatangi permukiman, untuk mencatat identitas warga DKI Jakarta maupun luar wilayah.
"Kami bersama-sama Pak Lurah dan teman-teman tadi di sini untuk melakukan pendataan ulang terkait dengan kondisi yang ada di sini di area Jasa Marga terhadap adanya masyakarat atau warga yang bermukim atau tinggal di bawah kolong tol," ujar Agus saat ditemui di lokasi, Selasa.
Baca juga: Kisah Warga Kolong Tol Cawang-Pluit, Bertahan Hidup di Kehidupan Jalanan...
Petugas setidaknya mendata 71 kepala keluarga dengan sekitar 100 lebih warga. Pada kesempatan itu Agus menyatakan petugas telah berupaya untuk menertibkan warga yang menempati hunian semipermanen di kawasan tersebut.
"Kami lakukan pembinaan, imbauan terkait dengan keberadaan mereka bahwa ini area yang vital, tentunya tidak boleh adanya aktivitas bawah kolong tol karena membahayakan mereka juga," tutur Agus.
Sementara itu, Lurah Jelambar Baru Danur Sasono menyampaikan pihaknya hanya bertugas untuk mendata warga yang tinggal di bawah kolong tol. Berdasarkan data sementara, sebagian besar warga ber-KTP DKI Jakarta.
"Kalau di situ (kolong tol) kebanyakan (warga) DKI-nya sih ya, non DKI saya sampaikan yang masih KTP lama, karena mereka enggak update mungkin ya. Karena pekerja informal," jelas Danur.
Baca juga: Bertahan Tinggal di Kolong Tol Cawang-Pluit yang Pengap, Warga: Tak Kuat Bayar Sewa
Dia menyatakan, lahan yang ditempati itu merupakan milik PT Jasa Marga. Saat ditanya soal penggunaan lahan, ia mengatakan hal ini bakal dibahas antara Pemkot Jakarta Barat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT Jasa Marga.
"Kami menunggu Jasa Marga, hasil rapat internalnya apa saja. Tapi itu sebenarnya, temen-temen media bisa tanya langsung Jasa Marga," papar Danur.
Salah satu warga bernama Budi (bukan nama sebenarnya), mengaku hidup di bawah kolong jalan tol lantaran tak ada biaya sewa yang dibebankan kepada warga.
"Enggak ada uang sewa, sekadarnya aja, yang penting ada uang kebersihan, tentram lah," kata Budi saat ditemui Kompas.com, Senin (19/6/2023).
Pria berusia 28 tahun itu sehari-hari mengais rezeki dengan berjualan kopi di pinggir jalan. Selama empat tahun ke belakang, Budi bersama warga lain beraktivitas di tempat tak layak itu.
Baca juga: Kisah Warga Kolong Tol Cawang-Pluit, Bertahan Hidup di Kehidupan Jalanan...
"Saya di situ udah ada empat tahun. Iya karena saya udah enggak kuat biaya, kan ngontrak mahal," ungkap dia.
Tak banyak yang diceritakan Budi soal permukiman di kawasan tersebut. Sepengetahuannya, kebanyakan warga adalah pendatang dari beberapa daerah.
"Walaupun ada pendatang orang di situ memang baik, kan enggak jadi masalah," imbuh dia.
Budi menyebut, sesungguhnya mereka telah ditawarkan untuk menempati rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Marunda, Jakarta Utara dan kawasan Kapuk, Jakarta Barat. Sebagian warga, lantas pindah ke rusunawa tersebut. Namun, setelah tiga bulan dibebankan biaya untuk menempati rusunawa, mereka memilih angkat kaki dari sana.
"Ada dulu pernah ditawarin tinggal di rumah susun di Kapuk sama di Marunda. Sekarang, aktivitasnya apa?" terang Budi.
"Udah gitu berjalan awal doang, sebulan-tiga bulan bayar listrik. Sekarang tinggal di situ akhirnya mereka ini pada pulang enggak kuat (membayar)," lanjutnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.