Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tari Caci yang Dipentaskan dalam Festival Budaya Manggarai di TMII

Kompas.com - 26/06/2023, 06:43 WIB
Nabilla Ramadhian,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada beragam kebudayaan dari Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang ditampilkan dalam Festival Budaya Manggarai.

Festival digelar di Anjungan NTT di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada 24-25 Juni 2023.

Tari caci menjadi salah satu kebudayaan yang ditampilkan pada Minggu (25/6/2023).

Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Kebon Jeruk Libertus Jehani (56) mengatakan, masyarakat yang kurang familiar akan melihat tari caci sebagai sesuatu yang memiliki unsur kekerasan.

"Tapi sebenarnya, ada nilai-nilai yang terkandung yang sangat mulia," jelas dia di lokasi, Minggu.

Baca juga: Warga Flores Gelar Festival Budaya Manggarai di TMII, Pengunjung Antusias

Dikutip dari Kompas.com, Jumat (2/9/2022), tari caci adalah tari perang yang dibalut dalam bentuk tarian.

Tari caci juga menjadi simbol pertobatan dalam kehidupan manusia.

Tarian dimainkan oleh sepasang penari laki-laki berusia antara 25-50 tahun bahkan lebih. Para pemain dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah tuan rumah atau ata one, dan kelompok kedua adalah pendatang yang berasal dari desa lain.

Kelompok kedua disebut sebagai ata pe'ang atau meka landang artinya tamu pendatang).

Para penari menari sambil menggunakan senjata, yaitu cambuk yang bertindak sebagai penyerang dan perisai untuk bertahan.

Baca juga: Warga Flores Lestarikan Kebudayaannya lewat Festival Budaya Manggarai

"Nilai pertama itu menunjukkan sportivitas. Ketika dipukul atau memukul, biasanya orang melakukannya suka-suka. Kalau tari caci enggak, ada seninya," jelas Libertus.

Setiap orang hanya diperbolehkan memukul sekali sebelum dipukul. Orang yang sebelumnya memukul akan berlutut sambil menyerahkan perisai kepada yang akan memukul balik.

Nilai kedua yang terkandung dalam tari caci adalah ajaran untuk selalu mengucapkan syukur kepada alam semesta dan Tuhan.

Libertus mengatakan, perisai melambangkan bumi sementara bambu yang digunakan sebagai gagang pecut melambangkan langit.

"Agar selamat dalam hidup, ketika dijahati, harus menyatu dengan langit dan bumi atau Tuhan dan alam semesta," jelas Libertus.

"Kalau perisai dan cambuk dilepas, ya kita kena cambuk. Artinya, hidup jadi menderita. Orang Manggarai diingatkan bahwa tanpa langit dan bumi, tanpa bumi dan hasilnya, enggak mungkin kami bisa hidup," imbuh dia.

Libertus melanjutkan, tari caci adalah cara masyarakat Manggarai bersyukur karena masih bisa menikmati berkat dari Tuhan dan alam semesta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com