JAKARTA, KOMPAS.com - Sekilas, tidak ada keanehan pada rumah berwarna putih gading dengan pagar hitam di Jalan Mirah Delima IV No 14, RT 004/RW 04, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kendati demikian, mobil penghuni yang keluar masuk membawa perempuan sebanyak tiga sampai empat kali seharinya mengundang perhatian warga.
Mereka curiga, sebab penghuni kontrakan yang baru pindah pada pertengahan Mei 2023 itu juga tidak pernah bersosialisasi dengan warga lain.
Baca juga: Pemilik Kontrakan Sempat Curiga, Pelaku Aborsi Ilegal di Kemayoran Hanya Sewa Rumah 6 Bulan
Terlebih, penghuni juga kerap menghindar dari Ketua RT setempat saat diminta identitas.
“Pertama kali kami curiga karena pengontrak ini enggak ngasih identitas diri. Pengontrak ini tidak membeberkan identitas diri,” kata Ketua RT 004/RW 04 Usman Kelurahan Sumur Batu, Usman, saat berbincang dengan media di lokasi kejadian, Senin (3/7/2023).
“KTP diminta susah sekali dan menghindar terus. Ada aktivitas (di rumah), tapi enggak pernah bersosialisasi dengan warga kiri kanan depan,” lanjut dia.
Usman melihat banyak orang keluar masuk di rumah tersebut.
Awalnya, ia menduga tamu-tamu itu merupakan pembantu rumah tangga, tenaga kerja wanita (TKW), atau tenaga kerja Indonesia (TKI).
Kecurigaan Usman lalu terkonfirmasi saat polisi menelepon dan meminta izin untuk melakukan penggerebekan di unit kontrakan itu.
Baca juga: Warga Kemayoran Curiga Lihat Banyak Perempuan Keluar Masuk Rumah Tetangga, Ternyata Pelanggan Aborsi
“Kebetulan saya juga lagi curiga, terus saya izinkan langsung gerebek,” tutur dia.
Warga setempat bernama Lumintang (73) juga mengungkapkan kecurigaannya terhadap penghuni rumah yang terletak tepat di seberang kediamannya.
“Pertama kali kami tidak merasa curiga, karena kan ya sudah namanya tetangga. Eh, lama-lama saya curiga juga. Pertama, kok bawa orang, mobil masuk,” kata Lumintang.
“Saya intip, kemudian langsung masuk mereka ketutup. Sehari (bisa) tiga hingga empat kali (ada mobil bawa wanita) setiap hari kayak gitu,” sambung dia.
Setelah mengetahui bahwa rumah tetangga depannya merupakan tempat praktik aborsi ilegal, Lumintang mengaku sangat terkejut.
“Kaget, lah. Kaget banget saya, sudah dari tahun 1977 di sini. Masih sepi, masih rawa-rawa. Makanya kemarin 'waduh, waduh, kok bisa terjadi?' Gitu,” tutur dia.
Baca juga: Warga Kemayoran Kaget Rumah Tetangga Jadi Klinik Aborsi: Kok Bisa? Awalnya Enggak Curiga