JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RT 017/RW 04 Kelurahan Kapuk Muara, Syafrudin (54), mengakui bahwa rumah-rumah panggung di wilayahnya berdiri di atas tanah sengketa.
Kasus sengketa lahan itu hingga kini masih bergulir di Pengadilan Jakarta Utara.
Untuk diketahui, wilayah RT 017/RW 04 Kelurahan Kapuk Muara menjadi sorotan karena kolong rumah panggung ini dipenuhi dengan sampah.
"Ya memang lokasi itu sampai sekarang pun masih bersengketa," kata Syafrudin saat ditemui Kompas.com di Kantor RW 04, Jalan Kapuk Muara Raya, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (4/7/2023).
Syafrudin juga mengakui bahwa warga tidak mempunyai bukti kepemilikan rumah yang mereka tinggali.
"Kalau warga sih memang enggak punya. Memang warga itu menggarap," ujar Syafrudin.
Baca juga: Deretan Rumah Panggung di Kapuk Muara yang Kolongnya Penuh Sampah Berstatus Pemukiman Liar
Meski begitu, Syafrudin mempertanyakan mengapa masalah sengketa lahan ini baru dipersoalkan setelah warga belasan tahun tinggal di sana.
Terlebih, Syafrudin menegaskan, warga telah bergotong-royong untuk membangun wilayah tersebut, salah satunya mengecor jalan agar bisa dilalui sepeda motor.
"Yang penting, jalan kami cor, supaya kami tidak setiap minggu membetulkan jalan. Alhamdulillah, terlaksana," tutur Syafrudin.
Untuk membangun jalan, Syafrudin mengungkapkan, warga patungan terlebih dahulu. Pengecoran dilaksanakan bertahap sejak 2005 hingga 2023.
Syafrudin berujar, pengecoran jalan menelan biaya miliaran rupiah.
"Jadi kami iuran swadaya masyarakat setiap minggu untuk mengecor jalan di wilayah situ," ujar Syafrudin.
Baca juga: Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Sudah Ada Sebelum Warga Bermukim
Kemudian, Syafrudin menceritakan awal mula warga bisa bermukim di wilayah yang dikenal Kampung Rawa Indah tersebut.
Dia berujar, tidak sedikit orang yang kini tinggal di Rawa Indah merupakan warga yang tergusur dari bantaran kali.
"Waktu itu bongkaran dari pinggir kali, pelebaran Kali Kapuk Muara, Kali Angke. Wakil Presiden dulu Pak Hamzah Haz sendiri yang berpidato bahwa memberi tahu ke masyarakat, jangan tinggal di bantaran kali. Tuh, Pak Hamzah Haz sendiri waktu itu (bicara), 'Masih mending tinggal, menempati lahan-lahan tidur'," ucap Syafrudin.