Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Mula Munculnya Permukiman di Tanah Sengketa Kapuk Muara, Ketua RT Singgung Imbauan Hamzah Haz

Kompas.com - 04/07/2023, 18:47 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RT 017/RW 04 Kelurahan Kapuk Muara, Syafrudin (54) mengungkapkan bagaimana awal mula warganya bisa bermukim di rumah panggung yang di kolongnya banyak tumpukan sampah.

Syafrudin menceritakan, warga yang tinggal di kawasan itu adalah mereka yang tergusur dari bantaran kali karena ada pelebaran.

Dalam penggusuran tersebut, Syafrudin mengatakan bahwa warga mendapatkan pesan dari Hamzah Haz yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden Indonesia.

"Pak Hamzah Haz sendiri waktu itu datang, berpidato, memberitahu bahwa jangan tinggal di bantaran kali. Tuh, Pak Hamzah Haz sendiri waktu itu (bicara), 'masih mending, tinggal, menempatkan lahan-lahan yang tidur'," ucap Syafrudin saat ditemui Kompas.com pada Selasa (4/7/2023).

Baca juga: Ketua RT Akui Rumah Panggung di Kapuk Muara Berdiri di Tanah Sengketa

Kompas.com mempertanyakan apa yang dimaksud dengan lahan tidur seperti apa yang diucapkan Syafrudin saat menirukan perkataan Hamzah Haz.

"Lahan tidur itu kayak rawa-rawa. Nah, akhirnya dengan bicaranya Pak Wakil Presiden, Pak Hamzah Haz itu, masyarakat yang digusur, yang dipinggir kali, berbondong-bondong cari lahan. Awal mulanya begitu," kata Syafrudin.

Alhasil, mereka yang tergusur akhirnya menemukan sebuah rawa dan mendirikan rumah panggung di sana.

Kata Syafrudin, warga dengan bekerja sama satu sama lain memangkas ilalang yang menjulang tinggi ke atas agar rumah panggung berdiri.

"Karena itu semak belukar, tinggi. Kita masuk itu enggak kelihatan," ucap Syafrudin.

Setelah satu per satu berdiri rumah panggung, warga membuat jalan dengan batang bambu yang sudah diikat satu sama lain.

Baca juga: Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Sudah Ada Sebelum Warga Bermukim

Seiring berjalannya waktu, Syafrudin yang sudah menjabat sebagai Ketua RT selama lima periode itu mengungkapkan, warga saweran agar akses jalan untuk satu tempat ke tempat lain dicor.

Usai semua dibangun sedemikian rupa dengan jerih payah warga sekitar, Syafrudin mempertanyakan mengapa pihak lain mempermasalahkan sengketa lahan.

"Kalau memang ada yang punya, kenapa enggak ditegur dari awal? Bahkan enggak bakal kejadian kayak begini," tegas Syafrudin.

Terlepas dari itu, berdasarkan pantauan Kompas.com, tempat tinggal di sana didominasi rumah panggung. Dulu, wilayah tersebut merupakan rawa-rawa.

Rangka beton setinggi hampir dua meter menyangga rumah tersebut, tetapi tidak sedikit yang masih menggunakan kayu.

Baca juga: Saat Warga Kapuk Muara Dibuat Muak dengan Janji Manis Bacaleg, Kini Tak Mau Lagi Meladeni

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com