BEKASI, KOMPAS.com - Pengemudi ojek online (ojol) di Bekasi, Fajar (32), hanya berpenghasilan Rp 100.000 per hari untuk menghidupi anaknya, Fikar (3), yang menderita sakit thalasemia atau kelainan darah.
Fajar tidak bisa berlama-lama bekerja dari pagi hingga malam di jalan. Selain karena dirinya yang juga sakit diabetes, Fajar juga harus menjaga Fikar.
"Kalau sehari itu kadang dapat Rp 100.000 saja itu sudah bersyukur banget. Kalau tahun lalu itu masih dapat Rp 150.000 sampai Rp 200.000," kata Fajar saat dihubungi Kompas.com, dikutip Selasa (4/7/2023).
Ojek online yang tinggal di Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi itu keliling mencari orderan penumpang.
Baca juga: Kisah Pengemudi Ojol Penderita Diabetes Berjuang Cari Nafkah demi Anak yang Idap Thalasemia
"Rumah saya di Bekasi, saya ke mana saja diambil, sampai Jakarta juga, sampai Tangerang juga pernah," cerita dia.
Update : Kompas.com menggalang bantuan untuk kisah perjuangan pengemudi ojol untuk menyelamatkan sang anak. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini.
Meski uang Rp 100.000 terbilang tak seberapa, Fajar tetap bersyukur dapat menghidupi empat anggota keluarganya.
Hanya saja, Fajar mengakui waktu mencari order terbatas. Sebab, ia harus bergantian dengan sang istri untuk menjaga Fikar.
"Cuma gitu, waktunya terbatas, enggak bisa sampai malam. Kalau sudah sore itu saya pulang, enggak saya terusin lagi," kata dia.
Saat kondisi Fikar menurun, Fajar langsung membawanya ke rumah sakit untuk menjalani transfusi darah.
Baca juga: Pemkot Bogor Wujudkan Mimpi Anak-anak Penderita Thalasemia lewat Me-Time
"Biasanya kalau HB-nya (hemoglobin) rendah itu ketahuan dari sakit itu panas, batuk, pilek, mukanya pucat," imbuhnya.
Pernah suatu ketika Fajar harus menunggu sampai empat hari di IGD karena stok darah yang cocok dengan anaknya kosong.
"Golongan darahnya itu susah dia AB jarang banget sudah gitu harus kalau AB + belum tentu cocok karena dia kan anak kecil, harus dicocokkan lagi," ujarnya.
Fajar mengatakan, tidak ada pengobatan lain selain tranfusi darah. Rutinitas itu dilakukan sampai seumur hidup Fikar.
"Jadi obatnya itu transfusi doang di rumah sakit. Satu-satunya jalan itu memang transfusi saja, sampai sampai tua ya, sampai seumur hidup," ujarnya.
Update : Kompas.com menggalang bantuan untuk kisah perjuangan pengemudi ojol untuk menyelamatkan sang anak. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.