JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta untuk konsisten dalam memproduksi refuse derived fuel (RDF) atau bahan bakar dari pengolahan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi.
Sebab, bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sampah padat perkotaan itu dapat menjadi salah satu kunci untuk meninkatkan pendapat asli daerah (PAD).
"Optimalisasi pengolahan sampah dengan teknologi RDF tersebut dapat menjadi salah satu kunci tercapainya target pendapatan daerah," ujar Sekretaris Komisi C DPRD DKI Jakarta Yusuf dalam keterangannya, Sabtu (22/7/2023).
Baca juga: Pemprov DKI Belum Tambah Kapasitas Produksi RDF, Masih 700 Ton Per Hari
Menurut Yusuf, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menargetkan pendapatan sebesar Rp 59,4 miliar per tahun dari hasil penjualan RDF.
Untuk itu, Yusuf meminta agar proses produksi RDF di TPST Bantargebang tidak kurang dari kapasitas maksimal yang dapat diolah setiap harinya, yakni 700 ton per hari.
"Kalau bisa per harinya konsisten tidak kurang 700 ton sampah (per hari). Karena kalau kurang berarti akan ada kekurangan pendapatan,” kata Yusuf.
Ia mengatakan, fasilitas RDF Plant di TPST Bantargebang menjadi parameter bagi DPRD DKI Jakarta untuk rencana pembangunan dua lokasi produksi lainnya.
Sementara ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun dua RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara dan Pegadungan, Jakarta Barat pada 2024.
“Tadi saya sampaikan bahwa kita ingin melihat kesuksesan yang berada di Bantargebang. Apabila yang di Bantar Gebang suskes mungkin akan dilanjutkan di dua lokasi tersebut,” ujar Yusuf.
Baca juga: RDF Olahan TPST Depok Akan Dijual ke 2 Perusahaan Swasta
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menjual RDF hasil pemilahan dan pengolahan sampah padat di TPST Bantargebang sejak 27 Juni 2023.
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, harga RDF yang ditawarkan yakni 24 dollar AS atau setara Rp 360.000 per ton.
"Kami ada batas 24 dollar AS. Paling rendah segitu, enggak boleh lebih rendah lagi harganya," ujar Heru kepada wartawan di TPST Bantargebang, Selasa (27/6/2023).
Jumlah itu masih jauh dari kebutuhan dua perusahaan yang telah menjadi pembeli RDF, yakni PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Solusi Bangunan Indonesia.
"Teman PT Indocement dan PT SPI itu membutuhkan per hari itu 2.500 ton. Kami baru mampu 700 ton per hari," kata Heru.
Baca juga: Sampah di Depok Bakal Diolah Jadi Energi, Hasilkan 159 Ton RDF Per Hari
Pendapatan dari hasil penjualan tersebut bakal dimanfaatkan untuk menambah dan merawat peralatan produksi RDF plant di TPST Bantargebang.
"Income ini bisa untuk menambah investasi lagi income yang ini bisa untuk menambah atau merawat lokasi RDF ini," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.