TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 12 Tangerang Selatan membagi dua sesi proses belajar mengajar menjadi pagi-siang dan siang-sore.
Kebijakan ini untuk mengantisipasi masalah kelebihan siswa yang dialami SMPN 12 Tangerang Selatan.
Persoalan itu sempat membuat siswa kelas 7 belajar di lantai.
"Akhirnya dialihkan ke siang, jam 13.00-17.10 WIB," jelas Imas, humas SMPN 12 Tangerang Selatan, kepada Kompas.com di SMP Negeri 12 Tangerang Selatan, Senin (7/8/2023).
Baca juga: Ruang Kelas SMPN 12 Tangsel Lebihi Kapasitas, 72 Siswa Belajar Sambil Lesehan
Imas sendiri mengakui pihak sekolah memang terlalu banyak menerima peserta didik baru tahun ini. Keputusan untuk mengubah jam belajar mengajar menjadi dua sesi dinilai menjadi langkah terbaik yang bisa mereka ambil saat ini.
Langkah itu pun mereka ambil setelah pihak sekolah menggelar rapat koordinasi antara pihak orangtua murid dan sekolah pada Sabtu (5/8/2023) lalu.
"Baru hari ini dimulai. Karena minggu-minggu kemarin itu, kami masih cari solusi, win-win solutionnya, bisa enggak masuk pagi semua, tapi ternyata enggak bisa, ya sudah (dibagi menjadi dua)," ucap Imas.
Sementara itu, salah satu orangtua siswa kelas 7 yakni Yanti hanya bisa pasrah menerima keadaan jika anaknya masuk siang hari.
Baca juga: Kritik Pemkot Depok yang Naikkan Tarif Puskesmas, F-PDIP: Isi Otaknya Jangan Cari Duit
Ia menilai, anaknya lebih baik masuk di siang hari daripada belajar secara lesehan di lantai.
"Sebenarnya sih keberatan, cuma daripada anak saya duduk di lantai, ya sudahlah, masuk siang enggak apa-apa," kata Yanti.
Meski pasrah, namun Yanti menilai pihak sekolah masih perlu mencari jalan keluar yang lain agar kapasitas ruang kelas dan jumlah murid bisa menjadi ideal.
Sebab, berdasarkan Pasal 24 Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, dianjurkan isi murid dalam satu kelas sebanyak 32 orang untuk jenjang SMP.
"Kalau saya pinginnya ya kalau bisa satu kelas jangan sampai segitu. Ya, idealnya 40 orang. Kalau memang 35 enggak bisa, ya 40 orang bisa," harap Yanti.
Baca juga: Polda Metro Jaya Limpahkan 3 Laporan soal Rocky Gerung ke Bareskrim Polri-
Adapun hingga saat ini, Yanti belum mengetahui apa alasan pihak sekolah mau menerima jumlah siswa terlalu banyak.
Ia hanya menerima informasi ada pihak yang berkepentingan di balik itu semua.
"Ada ibu-ibu (wali murid) lain tanya, dari pihak sekolah, kalau sudah cukup, harusnya ditutup (pendaftarannya), enggak semua diterima," ucap Yanti.
"Terus wali kelasnya bilang lagi, 'ya sudah ibu datang ke sekolah, tanya langsung sama yang berkepentingan'," tutur dia lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.