Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit Luka-luka Diduga akibat Debu Batu Bara, Awalnya Warga Anggap Gatal Biasa

Kompas.com - 18/08/2023, 17:25 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda Blok D3, Parsaoran Sihombing (51) mulanya menganggap gatal-gatal yang dirasakan sang anak, Ridcart Hosea (24), hingga kulitnya terluka merupakan hal yang biasa.

Saat itu, Parsaoran menganggap Ridcart alergi terhadap makanan yang dikonsumsi selama beberapa hari terakhir.

"Perkiraan kami itu luka-lukanya karena alergi makanan," ucap Parsaoran saat ditemui Kompas.com di Rusunawa Marunda Blok D3, RT 08/RW 12, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara pade Jumat (18/8/2023).

Baca juga: Kondisi Warga Rusun Marunda yang Diduga Terpapar Debu Batu Bara, Kulit Berkoreng dan Kena ISPA

Kendati demikian, luka-luka yang berawal dari rasa gatal itu semakin banyak. Kemudian, Parsaoran membawa anaknya ke klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Setelah memeriksa, dokter menyebut luka-luka tersebut disebabkan kutu kasur.

Namun, Parsaoran tidak percaya sepenuhnya. Ia menduga luka-luka pada kaki Ridcart disebabkan pencemaran debu batu bara di wilayah Rusunawa Marunda.

"Memang benar, kami belum bawa ke rumah sakit untuk mendeteksi apakah benar dari kutu kasur atau batu bara. Tapi, semenjak ada debu batu bara, gatal-gatal sudah terasa," kata Parsaoran.

Dia mengakui, setelah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencabut izin PT Karya Citra Nusantara (KCN), debu batu sudah mulai menghilang.

Baca juga: Soal Debu Batu Bara, Warga Rusun Marunda: Munculnya Musiman, saat Musim Hujan

Namun, debu tersebut terkadang kembali muncul mengotori lantai Rusunawa Marunda, meski pun tidak separah sebelumnya.

"Kalau sekarang ini sudah mendingan. Tapi kami tetap mengantisipasi, karena debu-debu masih ada di lantai, karena suka masih kotor walau enggak sebanyak dulu," ungkap Parsaoran.

Bukan hanya Ridcart, warga Rusunawa Marunda Blok D3 Nadira Anjani (2) juga mengalami hal serupa.

Kaki mungil Nadira terlihat timbul luka-luka akibat gatal-gatal yang sudah dialaminya semenjak dua bulan terakhir ini.

"Ya ini kan anak kecil, kalau gatal dibilang jangan digaruk, dia enggak mengerti. Jadi, digaruk, habis itu pegang daerah kulit lain, jadinya begini," ucap Ibunda Nadira, Novi (29) saat ditemui Kompas.com pada Jumat.

Baca juga: Warga Rusun Marunda Kembali Teriak, Lingkungannya Tercemar Debu Batu Bara Berbulan-bulan

Sementara itu, Biro Media dan Informasi Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Cecep Supriyadi (49) mengungkapkan, Rusunawa Marunda Blok D3 merupakan tempat yang paling tercemar debu batu bara.

Selain luka di kulit, warga Rusunawa Marunda juga ada yang mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Pemerintah seharusnya cek satu per satu perusahaan-perusahaan yang mengelilingi Rusunawa Marunda meskipun izin PT. KCN sudah dicabut. Ini buktinya warga menjadi korban," tegas Cecep saat ditemui Kompas.com, Jumat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com