Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Debu Batu Bara, Warga Rusun Marunda: Munculnya Musiman, saat Musim Hujan

Kompas.com - 02/06/2023, 06:56 WIB
Rizky Syahrial,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RW 12 Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Didi mengatakan, memasuki musim panas atau angin muson timur, tidak ada debu batu bara di kawasan tersebut.

Menurut dia, di kala angin muson barat atau musim hujan, debu batu bara baru akan muncul di rusun mereka.

"Saat ini sementara enggak ada, itu hanya musiman aja. Kalau musim angin barat, debunya akan datang karena angin dari arah sana," ucap Didi kepada Kompas.com, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Kembali Tercemar Debu Batu Bara, Warga Rusun Marunda: Kami Ingin Kembali Normal

"Kalau musim angin timur seperti ini enggak ada," jelas dia.

Didi mengatakan hal itu berdasarkan kesehariannya yang sudah tinggal di kawasan ini puluhan tahun.

"Saya bilang begitu kenapa, karena saya sudah tinggal sebelum ada rusun ini. Masih ada empang dan rawa saya sudah tinggal di sini," tambah Didi.

Menurut dia, debu batu bara akan datang ketika musim hujan di bulan Desember hingga bulan Maret.

"Perkiraan saat cuaca ekstrem, di antara bulan Desember sampai maret. Biasanya kalau ombak besar lah, itu musim hujan," ucap dia.

Baca juga: Warga Rusun Marunda Kembali Teriak, Lingkungannya Tercemar Debu Batu Bara Berbulan-bulan

Walaupun begitu, wilayah Marunda dikenal dengan banyak debu, termasuk debu batu bara.

Tidak hanya saat musim angin barat, rumah-rumah di kawasan ini juga cepat berdebu jika ditinggalkan pemiliknya.

"Nah kalau rumah enggak ditempatkan saat musim hujan pun debu pasti ada. Apalagi notabene kami tinggal di wilayah pesisir seperti ini," terang didi.

"Debu di mana-mana, bukan berarti debu batu bara saja, debu jalanan kan juga ada," kata dia.

Untuk itu, pemerintah mengingatkan soal debu itu kepada warga karena Marunda sudah masuk kawasan pabrik, atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Baca juga: Terpapar Debu Batu Bara, Warga Rusunawa Marunda Minta Dicek Kesehatan secara Door to Door

Jika memilih tinggal di wilayah Marunda, maka masyarakat harus siap berdampingan dengan debu dari batu bara, debu jalanan atau pabrik, maupun pasir setiap harinya.

"Waktu dulu zaman pak SBY dia kunjungan kan ke C4 lahan pelabuhan sebelah timur Rusun Marunda, dia ngasih tahu diimbau ke warga kalau Marunda sudah berstatus KEK, sebelah barat dan timur sudah perusahaan semua," kata Didi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com