JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah penumpang lintas raya terpadu (LRT) mempertimbangkan menetapkan LRT sebagai opsi moda transportasi sehari-hari.
Salah satunya pegawai swasta bernama Jordi (32). Menurut dia, menggunakan LRT adalah salah satu cara mengapresiasi upaya pemerintah.
“Untuk saat ini, ya (akan pakai LRT). Pastinya menggunakan efisiensi transportasi umum yang sudah di-support pemerintah. Jadi, wajib kita apresiasi dengan kita sebagai masyarakat untuk menggunakan transportasi umum,” kata Jordi saat diwawancarai di Stasiun LRT Dukuh Atas, Selasa (5/9/2023).
Baca juga: Tertawakan Kemacetan Jakarta dari Dalam LRT Jabodebek, Penumpang: Dadah, Gue Duluan!
“Pakai LRT pengeluaran lebih hemat, durasi lebih singkat, lebih hemat energi juga,” lanjut dia.
Sementara itu, pegawai swasta lain bernama Hashfi (30) mengatakan, LRT menjadi opsi transportasinya untuk bekerja karena mempercepat waktu dan harganya terjangkau.
“Hemat bujetnya untuk pulang pergi, ketimbang naik ojek online (ojol) Rp 18.000, naik LRT dilanjut Transjakarta sekitar Rp 8.500-an aja,” tutur Hashfi.
“Kalau setelah harga promonya selesai masih terjangkau, masih di bawah 40 persen, saya akan pertimbangkan untuk pakai terus,” sambung dia.
Hal serupa disampaikan Aldi (27).
Baca juga: Menjajal JPM Dukuh Atas, Hemat Waktu dan Tenaga dari Stasiun MRT ke LRT Dukuh Atas
Pekerja lepas itu mengatakan, adanya LRT meringankan biayanya untuk biaya dari rumahnya di kawasan Taman Mini Indah Indonesai (TMII) Jakarta Timur, ke kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
“Kalau lagi mager banget kadang naik ojol. Itu mahal banget bisa sekitar Rp 40.000-50.000-an sekali jalan. Ada ini kan jadi murah banget, Rp 5.000-an doang. Harga normal juga terhitung murah,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.