Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikhtiar Suprapto Merawat Penglihatan lewat Operasi Katarak Gratis...

Kompas.com - 16/09/2023, 15:33 WIB
Tria Sutrisna,
Nursita Sari

Tim Redaksi

 

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Ignatius Suprapto (70), warga Ciracas, Jakarta Timur, bersama istrinya berjalan di lorong Rumah Sakit Polri Kramatjati, Sabtu (16/9/2023) pagi.

Sambil berpegangan tangan dengan sang istri, Suprapto menuju tenda putih yang berdiri di samping lobi rumah sakit. Lokasi ini merupakan tempat mengantre operasi katarak gratis yang digelar oleh kepolisian.

"Sebetulnya saya sudah operasi katarak mata sebelah kanan sekitar 15 tahun lalu. Sekarang yang kiri mulai sama, kebetulan pas ada program gratis, langsung saya daftar lewat online," ujar Suprapto kepada Kompas.com.

Baca juga: DKI Jakarta Bakal Ganti Nama Jadi Daerah Khusus, Pengamat: Bisa Ada Pemekaran Wilayah Jabodetabekpunjur

Operasi mata yang dijalani Suprapto hari ini merupakan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan kondisi matanya pada Sabtu (9/9/2023) di Mapolres Metro Jakarta Timur.

Kala itu, hasil skrining menyatakan bahwa kondisi mata kiri Suprapto sudah masuk kategori harus dioperasi.

Namanya kemudian dimasukkan ke daftar peserta operasi katarak gratis di RS Polri Kramatjati.

Tanpa berpikir terlalu lama, Suprapto bersedia menjalani operasi. Sesuai jadwal, dia harus datang ke RS Polri pada Sabtu ini.

Suprapto menjalani operasi katarak bukan tanpa alasan. Mata yang berkabut membuatnya semakin sulit beraktivitas di usia yang telah lanjut.

Baca juga: DKI Jakarta Bakal Ganti Nama Jadi Daerah Khusus, Pengamat: Bisa Berkembang seperti New York

Ada harapan di benak Suprapto agar ia tetap bisa melihat dengan lebih jelas dan berinteraksi tanpa hambatan dengan keluarga di usianya yang tak lagi muda.

"Kayak gini, kalau misalnya pas jalan di lapangan atau di jalan yang panas, mata itu terus-terusan buram, enggak bisa lihat lihat apa-apa," ungkap Suprapto.

"Atau kalau lihat layar, satu jam paling lama sudah buram semua," sambung dia.

Setelah lebih dari dua jam duduk mengantre, Suprapto akhirnya dipanggil untuk masuk ke ruang operasi bersama tiga peserta lainnya.

Tindakan operasi yang dilakukan dokter terbilang singkat, hanya sekitar 10-15 menit. Setelah itu, mata kiri Suprapto ditutupi menggunakan perban dan kaca agar tak terkena debu.

Baca juga: Turunkan Penumpang yang Tak Pakai Helm di Flyover Klender, Pengemudi Ojol: Dampaknya Anyep Banget

Dia lalu diperbolehkan pulang, tetapi wajib datang kembali ke RS Polri Kramatjati pada Minggu (17/9/2023). Tujuannya untuk melihat kondisi mata pasien pasca-operasi.

"Besok semuanya harus ke sini lagi, lihat perkembangannya, ya enggak masalahlah bolak-balik. Yang susah itu 10 hari enggak boleh mandi. Bukan enggak boleh mandi sih, tapi mata yang dioperasi enggak boleh kena air," tutur Suprapto.

Meski begitu, pantangan itu tak dianggap sebagai beban oleh Suprapto. Sejak awal, Suprapto memang sudah bertekad dan berikhtiar menyembuhkan katarak pada mata kirinya.

Harapannya, kedua matanya bisa melihat secara jelas dan bisa menjalani aktivitas bersama keluarga di usia senjanya.

"Jadi ya dengan adanya operasi gratis ini, saya merasa tertolong. Sesuai tema (kegiatan), kalau yang saya rasakan, menghalau gelap menjadi terang," kata Suprapto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com