BEKASI, KOMPAS.com - Pihak Ngadenin (63) meminta bantuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk menyelesaikan masalah lahan dengan pihak hotel yang mengepung rumahnya di Pondok Gede, Bekasi.
Kuasa hukum Ngadenin, Zaenal Abidin menuturkan, Komnas HAM dilibatkan agar ada kepastian hukum soal hak-hak kliennya.
"Saat ini sedang menunggu keputusan Komnas HAM, karena Komnas HAM sudah bersurat ke Wali Kota dan hotel untuk meminta keterangan yang relevan dari mereka," ujar Zaenal saat dikonfirmasi, Kamis (5/10/2023).
Baca juga: Polemik Rumah yang Terpenjara Tembok Hotel Segera Berakhir, Ngadenin Sepakat Jual Lahannya
Zainal mengatakan, pihak hotel menganggap tidak ada masalah terkait akses jalan bagi Ngadenin untuk ke rumahnya.
"Selama ini hotel menganggap tidak ada masalah terkait hak jalan yang seharusnya disediakan pihak hotel," papar dia.
Zaenal mengatakan, dalam surat yang dilayangkan Komnas HAM pada 26 September 2023, pihak hotel dan Pemkot Bekasi diminta mengirimkan bukti-bukti terkait dengan persoalan tertutupnya akses jalan rumah Ngadenin.
Ia menyebut, waktu penyerahan bukti-bukti itu harus diberikan paling lambat 30 hari setelah surat itu dilayangkan.
Baca juga: Ngadenin, Lansia di Bekasi yang Tak Miliki Akses Rumah Sepakat Jual Tanah ke Pihak Hotel
"Surat baru sampai seminggu yang lalu dan dikasih waktu 30 hari. Kami minta mengirimkan bukti bukti yang relevan terkait aduan kita yakni masalah penutupan akses keluar rumah," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Ngadenin telah sepakat untuk menjual lahan kepada pihak hotel.
Namun, belum ada kesepakatan antara Ngadenin dengan pihak hotel soal harga jual tanah per meternya.
Oleh karena itu, pihak kuasa hukum hotel akan mendiskusikan harga untuk ditawarkan kepada Ngadenin.
Terhitung, sudah tiga tahun Ngadenin dan istrinya, Nur (55), kehilangan kenyamanan tinggal di rumah setelah akses jalan menuju rumahnya "dikurung" tembok hotel.
Akses satu-satunya bagi Ngadenin dan Nur untuk pulang ke rumah hanya melalui saluran air atau got penuh lumpur dan limbah tajam yang berisiko melukai kaki.
"Kurang lebih sudah tiga tahun. Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," kata Ngadenin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.