JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Chusein (45), salah satu pedagang beras di Pasar Rawa Badak, mengaku pesimistis dengan harga barang dagangannya tidak akan balik seperti semula.
Dia juga memprediksi bahwa kenaikan harga beras di pasar-pasar akan terus merangkak sampai Lebaran 2024.
“Ini kayaknya naik terus sampai Lebaran tahun depan. Mungkin juga turun, tapi harganya enggak balik kayak semula,” ujar Chusein saat ditemui Kompas.com di Pasar Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Harga Beras Melonjak, Pedagang di Pasar Rawa Badak Keruk Tabungan dan Berutang demi Tambah Modal
Chusein merasa kenaikan harga beras yang sudah berlangsung sejak 17 Agustus 2023 sangat menyulitkan para pedagang Pasar Rawa Badak Utara.
Bagaimana tidak, sebagian besar dari mereka terpaksa membongkar celengan.
"Iya, dari Agustus itu sudah mulai merangkak, merangkak, merangkak. Dijual, tapi nambah modal lagi, gitu terus (berulang). Dijual Rp 330.000, nambah lagi Rp 340.000. Gitu saja terus. Satu mobil (bermuatan beras) itu bisa tambah (modal) Rp 7 juta," ucap Chusein.
"Ya maksudnya kenaikan harga bisa Rp 7 juta (untuk sejumlah karung beras yang diangkut mobil bak terbuka). Yang punya celengan, pada bongkar celengan," lanjut dia.
Bukan hanya itu, terkadang Chusein juga berutang demi memiliki tambahan modal membeli beras.
Baca juga: Harga Beras Naik, Pedagang di Pasar Rawa Badak: Penghasilan Minus, Malah Utang untuk Modal
"Ngutang malah, ngutang semua, enggak kayak dulu. Orang-orang di dalam itu sudah pada ngeluh saat berjualan. Gali lubang tutup lubang," ujar Chusein.
Sementara Chuyenk (28), yang juga berjualan beras di Pasar Rawa Badak, menyebut kenaikan harga beras tidak sebanding dengan kualitasnya.
Menurut dia, beras yang mengalami kenaikam harga merupakan jenis dengan kualitas rendah.
"Harga beras kacau pokoknya, naiknya enggak kira-kira. Kalau misalnya baik barang bagus, enggak apa-apa. Ini sudah naik tapi barangnya jelek, sama saja bohong,” ungkap Chuyenk.
“Iya (yang kualitasnya rendah). Yang tadinya enggak laku, sekarang jadi laku. Itu, beras yang sering dikonsumsi, beras raskin, gitu,” lanjut dia.
Baca juga: Harga Beras Naik, tapi Barangnya Jelek”
Untuk harga eceran, mulanya modal beras di toko Chuyenk hanya Rp 10.000 per kilogram.
Namun, kini dia harus mengeluarkan modal Rp 15.000 untuk 1 kilogram beras.
“Kalau saya sebagai pedagang penginnya kayak dulu lagi, dinormalkan lagi. Maksudnya, jangan bikin yang sudah sulit, menjadi lebih sulit,” imbuh Chuyenk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.