Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua BEM UI Mengaku Keluarganya Diintimidasi Aparat karena Protes Putusan MK

Kompas.com - 11/11/2023, 07:50 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

DEPOK, KONPAS.com - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Melki Sedek Huang mengaku ia dan keluarganya mendapat intimidasi dari aparat TNI dan Polri.

Ia menduga intimidasi itu datang lantaran ia mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia capres-cawapres, yang menjadi jalan bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju di Pilpres 2024.

Sejak awal menjalani kepengurusan BEM UI di 2023 dan aktif mengkritik pemerintah, Melki mengaku sudah mendapat teror-teror digital.

Namun, intensitas ancaman tersebut kian tinggi jelang aksinya mengkritisi putusan MK.

"Kalau ancaman memang sudah hampir setahun sejak awal jadi ketua BEM. Tapi menjelang aksi putusan MK makin banyak. Hp saya juga beberapa kali ditelepon dari pihak keamanan," ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (10/11/2023).

Baca juga: Kecewa MK Kabulkan Gugatan Batas Usia Capres Cawapres, Ketua BEM UI: Bukan Ranah Yudikatif

Melki menyayangkan, ancaman itu tidak hanya diarahkan pada dirinya saja. Namun juga pada keluarganya di Pontianak, Kalimantan Barat.

Bahkan, kata dia, ibunya didatangi oleh aparat TNI dan Polri untuk bertanya langsung seputar keseharian sang putra.

"Ya di rumah didatangi oleh aparat keamanan. Ada dari TNI, dari Polri tanya ke ibu saya, Melki itu biasanya balik ke rumah kapan, Melki kalau di rumah kegiatannya apa saja," ungkap dia.

Tak hanya dari keluarganya, Melki juga mengaku menerima kabar dari gurunya di SMA Negeri 1 Pontianak bahwa ada orang yang bertanya kebiasaan Ketua BEM UI 2023 ini ketika bersekolah.

"Guru di sekolah saya SMA 1 Pontianak juga ada yang telepon, katanya menjelang putusan MK ada yang tanya Melki pas sekolah gimana, Melki kebiasaannya apa dan lain sebagainya," ujar dia.

Baca juga: Keluarga Ketum BEM UI Disebut Diintimidasi Aparat, Mahfud: Kalau Benar, Sangat Tidak Profesional

Ia pun sangat menyayangkan cara tersebut, yang kata dia turut dialami rekan-rekan mahasiswa seperjuangan di luar sana.

Kendati demikian, meski menerima banyak intimidasi, Melki mengaku tak gentar untuk menyuarakan ketimpangan hukum yang sedang terjadi.

"Ini bukan saya saja. Ada hal yang salah dari konsepsi demokrasi sampai semua orang yang kritis menyampaikan pendapat diintimidasi dan direpresi segininya. Tidak ada satu ancaman pun yang membuat saya gentar," tegas Melki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com