Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajak "Gathering" Anak Muda Manggarai, Wali Kota Temukan Penyebab Masalah Tawuran

Kompas.com - 23/11/2023, 21:37 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin membeberkan akar masalah tawuran di Manggarai, Tebet. Ia menyebut, peristiwa itu terjadi karena banyak anak muda yang tak punya pekerjaan.

“Iya salah satu faktor penyebabnya itu (adanya pengangguran),” kata dia kepada wartawan di Jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/11/2023).

Fakta itu, kata Munjirin, terungkap saat pelaku tawuran diajak gathering oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan di Wisma Aset, Cianjur, Jawa Barat.

Baca juga: Cari Penyebab Tawuran di Manggarai, Pemkot Jaksel Ajak Pelaku “Gathering” di Cianjur

Kegiatan itu dilakukan satu pekan setelah tawuran di Manggarai pecah, Kamis (19/10/2023) dan Sabtu (21/10/2023).

“Setelah berunding dengan tokoh masyarakat dan sebagainya, akhirnya kami memutuskan mengajak anak mudanya (pelaku) gathering ke luar kota untuk mencari tahu akar masalahnya,” tutur dia.

Munjirin menerangkan, ada 58 pemuda yang ikut dalam kegiatan ini.

Dari 58 pemuda yang hadir, mereka kemudian dikumpulkan untuk menceritakan apa yang menyebabkan tawuran antarkelompok terjadi.

Baca juga: Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Lanud Halim Hadapi Banyak Sumber Stres Semasa Hidup

Mereka lalu menyebut bahwa tawuran disebabkan karena mereka kesulitan mendapat ruang untuk bekerja. Sebab, tak sedikit yang hanya lulusan SMP dan SMA.

Maka dari itu, Munjirin mencoba mencari solusi untuk menampung aspirasi mereka.

Ia lantas membuka kelas sertifikasi supaya para pemuda yang terlibat tawuran bisa mendapat pekerjaan.

“Kami sudah menjalin kerja sama dengan PT KAI. Apa yang kami coba salurkan untuk menjadi sekuriti, tetapi mereka (PT KAI) meminta syarat supaya ada sertifikasi lebih dulu,” ungkap Munjirin.

“Makanya kami adakan pendidikan satpam kepada para pemuda itu dan dibantu dibiayai oleh Bazis Baznas DKI Jakarta. Setelah dapat sertifikat, mereka bisa melanjutkan tahapan masuk,” sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi : Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com