JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel, Abraham Ruben Persang menjelaskan bahwa sudah tidak ada lagi jemaat dan pelayan yang menguasai bahasa Belanda.
Sebab, tidak sedikit dari mereka yang menguasai bahasa Belanda telah tutup usia.
Pernyataan tersebut merupakan tanggapan Abraham soal Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yang mempersilakan GPIB Immanuel kembali menggunakan bahasa Belanda dalam pelaksanaan kebaktian.
“Yang bisa berbahasa Belanda, baik pelayannya, petugasnya, maupun jemaatnya, itu hanya sedikit. Kebanyakan, sudah lansia, di atas 80 tahun,” kata Abraham saat ditemui usai ibadah Kebaktian Natal di GPIB Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (25/12/2023).
Baca juga: Ibadah Kebaktian Natal Sesi Pertama di GPIB Immanuel Selesai, Jemaah Bersalaman dan Berswafoto
“Nah, ketika Covid-19, mohon maaf, banyak di antaranya yang sudah meninggal dunia. Sehingga, Majelis Jemaat yang mengelola gereja ini mengambil kebijakan bahwa saat ini sudah tidak ada jemaat yang menguasai bahasa Belanda dan juga pelayannya tidak ada. Jadi, saat ini tidak ada,” ucap Abraham melanjutkan.
Meski begitu, Majelis Jemaat GPIB Immanuel tidak menutup kemungkinan akan kembali menggunakan bahasa Belanda jika dibutuhkan.
“Gereja Immanuel sebagai warisan cagar budaya, khususnya dalam konteks keagamaan Kristen, kita membuka diri untuk kembali ke kebutuhan yang ada,” ujar dia.
Abraham berujar, GPIB Immanuel berdiri sejak 24 Agustus 1939 saat pemerintahan kolonial Belanda. Oleh karena itu, pada 2023 ini, GPIB Immanuel berusia 184 tahun.
Baca juga: Misa Hari Raya Natal di GPIB Immanuel, Jemaat Beribadah dengan Khusyuk dan Sukacita
“Nah, ketika kemerdekaan, maka semua warisan Belanda itu menjadi milik Indonesia. Pada 1948, gereja ini sudah menjadi bagian dari GPIB. Warisan-warisan tetap dipelihara, kecuali pada Covid-19,” ujar Abraham.
Adapun Muhadjir mengusulkan pelaksanaan kebaktian dengan bahasa asing jika ingin menjadikannya warisan budaya nonbenda.
Hal itu disampaikan Muhadjir saat menanggapi kegiatan misa di GPIB Immanuel yang tidak lagi menggunakan bahasa Belanda.
Padahal, GPIB Immanuel Jakarta sebelumnya dikenal sebagai gereja yang masih menggelar ibadah dengan bahasa Belanda.
“Itu tergantung inisiatif dari pihak yang berkepentingan. Kemudian nanti misalnya kalau memang itu dianggap penting dan memang punya reason yang bisa diterima, itu bisa diusulkan melalui Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek,” ujar Muhadjir kepada wartawan, Minggu (24/12/2023).
Baca juga: GPIB Immanuel Jakarta Penuh, Jemaat Sampai Duduk di Pelataran
Nantinya, Kemenko PMK melalui dewan pertimbangan akan mengkaji dan memberikan penilaian terhadap usulan tersebut.
“Silakan saja kalau memang itu dianggap bagian dari keistimewaan atau cagar budaya non-benda bisa dilakukan,” kata Muhadjir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.