Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengadaan Sarana KRL, KCI: 92 Persen Produk PT INKA

Kompas.com - 08/02/2024, 07:43 WIB
Xena Olivia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebesar 92 persen pengadaan sarana KRL milik PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) merupakan produksi PT INKA (Persero).

"Total pengadaan sebanyak 38 rangkaian (trainset) KRL. Lebih dari 92 persen atau sebanyak 35 trainset, KAI Commuter bekerja sama dengan BUMN dalam negeri, yaitu PT INKA," ujar Corporate Secretary KCI Anne Purba, dikutip Kamis (8/2/2024).

"Dengan total nilai investasi mencapai Rp 6,06 triliun," sambung dia.

Dalam proses pengadaan ini, KCI berkoordinasi untuk pengadaan sarana KRL baru dan retrofit.

Baca juga: KCI Siapkan Dana Rp 9 Triliun untuk Pengadaan KRL Baru

Total investasi sarana KRL baru sebesar Rp 3,83 triliun untuk 16 trainset, dan Rp 2,32 triliun untuk KRL retrofit sejumlah 19 trainset.

"Kerjasama pengadaan saran KRL ini, terutama dengan PT INKA, merupakan komitmen KAI Commuter dalam mendukung program pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negri," tutur Anne.

"Serta substitusi impor melalui Program Peningkatan Pengguna Produk Dalam Negeri (P3DN)," lanjut dia.

Selain itu, KCI telah meneken kontrak impor tiga rangkaian KRL baru senilai Rp 783 miliar dengan perusahaan China, yakni CRRC Sifang Co Ltd pada 31 Januari 2024 di Beijing, China.

Baca juga: Lebih Murah dan Punya Spesifikasi Sesuai, KCI Pilih Impor KRL China

Anne memaparkan, penawaran pengadaan KRL datang dari sejumlah negara, bukan hanya China, tapi juga dari perusahaan Jepang, J-TREC dan perusahaan Korea Selatan (Korsel) Woojin dan Dawonsys.

Pada akhirnya KCI memilih memesan KRL baru dari China karena spesifikasi teknisnya paling mendekati kebutuhan RI.

Spesifikasi ini mengacu dari yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.

Selain spesifikasi, Anne bilang, CRRC Sifang juga mampu memenuhi persyaratan ketepatan waktu pengiriman (time delivery). Hal ini diperlukan agar kereta bisa segera digunakan, sehingga pengguna KRL dapat terlayani dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com