BEKASI, KOMPAS.com - Surahman (35) sudah bekerja sebagai pemulung yang mencari limbah plastik keresek sejak akhir 2013 di Tempat Pengelolaan Sampan Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi.
Surahman menghidupi empat orang anggota keluarga yang terdiri dari istri dan tiga anaknya dari hasil menjual limbah kresek yang dihargai Rp 300 per kilogram.
"Nyari limbah keresek. Jadi saya pilih, terus dimasukkin ke karung, saya kilo (jual). Sekarang harganya enggak sesuai apa yang kita makan (pengeluaran), untuk harga sekarang itu Rp 300 rupiah per kilo," kata Surahman saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (5/3/2024).
Walaupun penglihatannya tidak lagi normal akibat sering terpapar debu dan kotoran, Surahman tetap getol bekerja meski hanya mendapat Rp 30.000 sehari.
"Jadi saya kalau pengin Rp 30.000 sehari itu harus satu kuintal," kata dia.
Baca juga: Kisah Surahman, 10 Tahun Jadi Pemulung di TPST Bantargebang sampai Penglihatan Rabun
Jika cuaca sedang mendukung dan semangatnya sedang membara, ayah tiga anak itu bisa mengumpulkan 3 kuintal limbah plastik.
"Sehari saya dapat 3 kuintal, tergantung cuaca, hujan, panas, mata saya kan sudah enggak normal. Sehari Rp 60.000 atau Rp 80.000, yang penting saya enggak patah semangat," imbuhnya.
Surahman mengaku bahwa pendapatnya sebagai pemulung tidak menentu. Dalam sebulan, terkadang ia mengumpulkan penghasilan kotor Rp 3 juta.
"Enggak tentu, kadang Rp 3 juta, tergantung kitanya gimana kerjanya. Tapi itu (pendapatan) kotor, bersihnya paling Rp 1 juta, Rp 800.000," ucapnya.
Surahman mengatakan, di zaman yang serba mahal, uang Rp 1 juta rasanya tidak cukup memenuhi kebutuhan empat anggota keluarga.
Baca juga: Potret Rakyat Kecil yang Murung di Kampung Gembira Gembrong...
Karena itu, Surahman juga menyambi kerja serabutan. Dia menerima pekerjaan jika ada yang ingin menggunakan jasanya.
"Kalau saya serabutan juga, ada teman minta tolong bantuin kerja naikkin barang (ke truk) ayuk. Itung-itung buat jajan bocah," katanya seraya tersenyum.
Meski hidup pas-pasan, Surahman tetap bersyukur diberikan nikmat kesehatan dan pekerjaan yang kadang dianggap sebelah mata.
"Ya saya jalani saja dengan senang hati, enggak pernah ngeluh walau saya pemulung," tutur Surahman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.