Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Jadi Pemulung di Bantargebang, Surahman: Kalau Kena Alat Berat, Bisa Cacat Fisik atau Meninggal

Kompas.com - 06/03/2024, 11:47 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Surahman (35) kerap mengesampingkan risiko selama hampir 10 tahun menjadi pemulung limbah plastik kresek di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi.

Saat berbincang santai dengan Kompas.com di dekat "gunungan sampah", Surahman mengatakan, lokasi tempatnya bekerja itu rawan longsor.

"Suka dukanya ya kalau longsor gitu ya kadang longsor, kalau kita ceroboh itu bisa kena alat berat itu," ujar Surahman di Bantargebang, Selasa (5/3/2024).

Surahman menuturkan, alat berat itu sudah memakan korban luka bahkan korban jiwa. Pekerja yang kurang waspada saat mencari limbah menjadi korbannya.

Baca juga: Kisah Surahman, 10 Tahun Jadi Pemulung di TPST Bantargebang sampai Penglihatan Rabun

"Banyak saudara-saudara (pemulung lain) yang cacat fisik, bahkan ada yang meninggal karena alat berat," tuturnya.

Surahman menuturkan, "gunung sampah" itu kini kian tinggi setara dengan gedung-gedung di Jakarta.

"Ya memang risikonya berat apalagi sekarang hampir sama dengan gedung-gedung tinggi di Jakarta, ini 80 meter ketinggian," imbuhnya.

Surahman menuturkan, ribuan pemulung di Bantargebang tidak diberikan alat pelindung diri. Karena itu, perlunya kewaspadaan diri.

"Enggak ada, kalau itu dari kita sendiri yang waspada, jangan terlalu dekat alat berat soalnya kalau kena itu sudah urusan masing-masing," ujarnya.

Baca juga: Perjuangan Surahman Jadi Pemulung di Bantargebang, Cari Limbah Kresek demi Rp 300 Per Kilo

Pengalaman Surahman, debu dan kotoran yang berasal dari tumpukan sampah itu mengakibatkan pengelihatannya berkurang.

Alhasil, ayah tiga anak itu sempat tidak bekerja selama dua bulan karena indera penglihatannya terganggu.

"Kalau saya paling cuma mata ini, pertama kena ini dua bulan enggak kerja, itu makan minum dikasih teman-teman, dikasih duit, dikasih beras, saling bantu," kata dia.

Sampai sekarang, Surahman masih getol bekerja. Dia tak mau bermalas-malasan demi istri dan ketiga anaknya.

"Kalau di sini asal badan kita sehat punya kemauan itu dapat rezeki, yang penting kan halal. Kalau malas-malasan, cuma cukup buat makan," ujarnya sambil tersenyum.

Meski cuma mendapat penghasilan bersih Rp 1 jutaan, Surahman tetap bersyukur masih diberikan kesehatan untuk bekerja.

Baca juga: Tahu Risiko Tinggi, Surahman Mendaki Gunung Sampah di Bantargebang demi Limbah Plastik Kresek

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com