Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima Upah Marbut Masjid Rp 700.000 Per Bulan, Thohir: Cuma Cukup untuk Bayar Tagihan Rumah

Kompas.com - 20/03/2024, 09:26 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Thohir (59), seorang marbut Masjid Jami'atul Khair, Perumahan Bojong Gede Asri, Kedung Waringin, Kabupaten Bogor, mengatakan bahwa upah bulanan yang ia terima dari pekerjaannya itu sebesar Rp 700.000.

Jumlah upah tersebut hanya bisa ia pakai untuk membayar cicilan rumah.

"Saya enggak full jaga di sini sih, lagian cuma dapat upah bulanan Rp 700.000. Itu cuma buat bayar tagihan rumah doang," kata Thohir saat berbincang dengan Kompas.com.

Baca juga: Kisah Thohir, Sembuh dari Penyakit Misterius Setelah Mengabdi Jadi Marbut Masjid

Thohir bercerita, dirinya saat ini tinggal di rumah yang belum lunas dibayar dan memiliki tagihan mencapai Rp 600.000 per bulan.

"Upah dari marbut ini larinya ke rumah karena tempat saya tinggal hitungannya masih kontrak, belum lunas. Saya ambil yang cicilan 15 tahun, Insha Allah satu tahun lagi lunas," ungkap Thohir.

Ayah dari empat orang anak ini menuturkan, nominal upah yang ia dapat saat ini lebih besar dari sebelumnya.

"Sebelumnya tuh kisaran Rp 400.000 - Rp 500.000 per bulan. Lalu setelah saya masuk periode kedua (tahun ke-4), saya minta dinaikkan Rp 200.000 lagi," ungkapnya.

Permintaan untuk kenaikkan upah terpaksa Thohir lakukan agar upahnya dapat menutupi kebutuhan membayar cicilan rumah dan memiliki sedikit sisa upah untuk ditabung.

"Ya masa saya harus enggak punya tabungan di bank. Angsuran kan sekitar Rp 600.000, nanti Rp 100.000 sisanya atau mungkin kurang dari itu ya istri saya tabung," imbuh Thohir.

Baca juga: Thohir: Kondisi Kesehatan Saya Membaik Setelah Jadi Marbut Masjid Jamiatul Khair

Lebih lanjut, Thohir mengaku bisa melewatkan tagihan bayaran rumah ketika perekonomian keluarganya lagi buruk.

"Kadang-kadang, kalau ekonomi saya sudah mentok, saya enggak bayar rumah dulu, saya skip. Makanya penting banget buat saya punya tabungan walaupun cuma Rp 100.000 per bulan," jelas Thohir.

Oleh karenanya, Thohir mencari pemasukan dari pekerjaan alternatif lain supaya kebutuhan sehari-hari dapat tetap terpenuhi, terutama untuk dia dan istrinya yang kini tinggal berdua di rumah.

"Uang upah kan cuma buat tagihan rumah, gimana nikmatin buat makan. Jadi ya itu, tukang antar anak tetangga jadi salah satu alternatif demi menyambung hidup," kata Thohir.

Permasalahan upah marbut ini yang akhirnya disebut Thohir menjadi salah satu kendala di Masjid Jami'atul Khair, Bojong Gede.

Sebab, banyak marbut yang tidak betah dan mengundurkan diri saat belum lama mulai bekerja.

Baca juga: Di Usia Senja, Marbut di Pondok Labu Ini Tak Punya Kartu Lansia dan BPJS

"Ya maklum karena faktor ekonomi juga, saya enggak mungkin bisa berbohong juga karena memang berat kerja sendiri di masjid yang lumayan besar ini," tutur Thohir.

"Sebelum saya, sudah banyak kenalan atau teman jadi marbut tapi enggak lama. Paling sebulan, dua bulan, bahkan ada yang dua minggu," tambahnya.

Selain upah yang sedikit, ada hal lain yang membuat seseorang enggan menjadi marbut masjid.

"Asuransi enggak ada, libur juga enggak pernah," tutur Thohir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com