Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Andalkan Gaji Marbut Masjid, Thohir Juga Buka Toko Kelontong

Kompas.com - 20/03/2024, 13:31 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

DEPOK, KOMPAS.com - Meskipun menerima upah bulanan, seorang marbut masjid bernama Thohir (59) tetap harus mencari uang tambahan untuk kebutuhan makan keluarganya.

Upah bulanan yang diterimanya sebagai marbut masjid sebesar Rp 700.000.

“Dengan upah segitu, saya kan butuh untuk makan juga. Enggak mungkin bisa dari upah tersebut dinikmatin buat makan, karena nyatanya cuma bisa buat bayar rumah doang,” kata Thohir saat ditemui Kompas.com.

 Baca juga: Terima Upah Marbut Masjid Rp 700.000 Per Bulan, Thohir: Cuma Cukup untuk Bayar Tagihan Rumah

Thohir adalah seorang marbut Masjid Jami’atul Khair di Perumahan Bojong Gede Asri, Kedung Waringin, Kabupaten Bogor, sejak 2018.

Ayah dari empat anak ini membeberkan tentang tagihan rumah setiap bulan yang harus dibayarnya selama hampir 15 tahun terakhir mencapai Rp 600.000.

“Upah marbut ini larinya buat ke bayar tempat tinggal saya yang hitungannya masih kontrak, belum lunas. Saya ambil cicilan 15 tahun, insya Allah satu tahun lagi lunas,” tutur Thohir.

Menyiasati pemasukannya yang kurang, di sela pekerjaannya sebagai marbut, dia menyempatkan diri menjaga warung yang sudah dibukanya sekitar lima tahun.

Ia menggunakan uang pesangon dari pekerjaan lamanya untuk membuka warung kelontong.

“Saya dapat pesangon terus kepikiran buka warung kelontong. Cuma karena lokasi warung agak mojok di perumahan, sampai sekarang hampir enggak ada kemajuan,” imbuh Thohir.

 Baca juga: Sepenggal Perjalanan Spiritual Marbut Masjid di Jakarta Selatan…

Namun demikian, dirinya yang hanya tinggal berdua bersama istri tetap fokus mengurus warung.

“Misal setelah saya selesai bersih-bersih sebagian area masjid pas subuh, nanti saya kembali ke rumah buat jaga-jaga warung sebentar,” ujar Thohir.

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, Thohir seringkali mengambil beberapa barang dagangannya untuk dimakan meskipun keuangan warung semakin memburuk.

“Saya cuma bisa mengandalkan warung tapi kondisinya juga lagi enggak baik. Ya bisa dimakan (barang di warungnya), tapi kan namanya warung harus ada pemutaran uang,” jelas Thohir.

Keempat anaknya yang sudah tidak tinggal bersamanya juga disebutkan sering memberi sedikit uang saku kepada Thohir dan istri.

“Biasanya sebulan Rp 300.000-500.000, kan lumayan buat menambal pengeluaran. Tapi kebetulan saat ini ketiga anak saya lagi enggak kerja karena hamil,” imbuh dia.

 Baca juga: Thohir: Kondisi Kesehatan Saya Membaik Setelah Jadi Marbut Masjid Jamiatul Khair

Karena tidak ingin bergantung pada anak, Thohir juga masih terus berusaha dan berdoa untuk bisa memenuhi kebutuhan meski harus bekerja ekstra.

“Ya kembali lagi, ikhtiar saya sudah, berdoa sudah, dan kedua hal tersebut akan terus saya lakukan demi menyambung hidup,” ucap Thohir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com