Pekerjaan ini justru menarik minat banyak orang karena penghasilannya sangat menggiurkan. Perputaran uang pak ogah di seluruh Jakarta dalam sebulan diperkirakan mencapai Rp 6,7 miliar.
Seperti yang dilakukan Arbi (28) bersama tiga kawannya yang siang itu baru saja beres menjalankan tugas mereka sebagai polisi cepek. Sambil meneguk minuman energi berwarna kuning dari sebuah plastik bening, mereka duduk di tepi Kali Mookervart sembari menghitung pendapatan mereka hari itu.
"Satu jam biasa dapat Rp 50.000. Jadi kalau bekerja 3 jam bisa membawa Rp 150.000. Saya hanya ambil satu jam saja karena harus gantian sama teman-teman lain. Soalnya penghasilan dari kerja polisi cepek itu lumayan, Bang," ujar Arbi yang berambut mohawk itu.
Arbi mengaku sudah memiliki pekerjaan tetap. Dia menjadi pak ogah hanya untuk selingan atau sambilan di paruh waktu, yakni Sabtu dan Minggu atau hanya delapan kali sebulan.
"Hari-hari biasa saya kerja jadi satu sekuriti di apartemen. Gajinya sebulan Rp 2,2 juta. Lumayanlah dengan jadi polisi cepek dapat penghasilan lebih. Hitungan kasarnya kalau sekali jaga bisa sebagai polisi cepek bisa dapat Rp 50.000. Dalam sebulan delapan kali jaga bisa mengantongi Rp 400.000," kata laki-laki yang sedang menunggu kelahiran anak keduanya itu.
Menurut Arbi, rata-rata pengendara memberikan uang Rp 500 sampai Rp 2.000. "Ada juga yang kasih cuma Rp 100, tapi tetap saya simpan. Masa mau marah-marah," ujarnya.
Para pak ogah ini biasanya berada di sejumlah persimpangan jalan dan putaran arah lampu merah. Misalnya saja di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, tercatat ada lima titik polisi cepek biasa beroperasi. Titik tersebut di antaranya di depan Hotel Fiducia, kawasan pergudangan Duta Indah Karya, dekat Halte Pesakih, dekat Halte Rawabuaya, dan kawasan Jembatan Gantung.
Setiap putaran balik dijaga minimal oleh dua pak ogah. Untuk putaran yang besar bisa dijaga empat hingga lima pak ogah.
Data Institut Studi Tranportasi (IST) pernah melansir, setidaknya ada 500 lokasi putaran kendaraan di Jakarta yang dikuasai oleh sekelompok warga atau pak ogah. Seorang pak ogah yang menjaga putaran minimal 3 jam, sehari bisa mengantongi Rp 150.000. Jika dihitung dalam sebulan, maka pak ogah bisa mengantongi Rp 4,5 juta. Setiap titik rata-rata ditempati tiga orang.
Nah, menurut perhitungan lembaga tersebut, nilai perputaran uang di lingkungan pak ogah tersebut cukup mencengangkan, yakni Rp 4,5 juta x 3 orang x 500 titik putaran. Hasilnya mencapai Rp 6,75 miliar.
Diakui IST bahwa perhitungan ini masih belum valid karena tidak dilakukan terhadap seluruh pak ogah yang ada di 500 titik perputaran yang setiap lokasinya dijaga tiga orang. (kar/m15/bum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.