Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2013, 20:51 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Jakarta mungkin sudah terbiasa mendengar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo datang ke kawasan-kawasan kumuh Ibu Kota. Warga selalu heboh menyambut Jokowi yang kerap blusukan tanpa diduga-duga sebelumnya. Tidak hanya siang, tetapi juga malam hari.

Itu pula yang tengah dilakukan Jokowi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dalam beberapa hari terakhir. Meski warga sudah tahu bahwa gubernurnya hobi blusukan, tetap saja ada kesan tersendiri di hati warga ketika Jokowi tiba-tiba datang dan melihat penataan pasar di sana.

Salah satu kejadian yang membuat warga terheran-heran adalah ketika Jokowi datang ke Pasar Blok G Tanah Abang, Selasa (13/8/2013) pukul 22.00. Warga tidak menyangka saat Jokowi kembali muncul di malam hari karena Jokowi sudah berkeliling Blok G pada siang harinya. Apalagi, orang nomor satu di jajaran pemerintahan Jakarta itu juga sudah ke sana sehari sebelumnya.

"Tadi malam, Pak Jokowi ke sini jam sepuluh. Pas saya keluar (dari warung), Pak Jokowi lagi jalan menuju mobil," kata Haryanto, Rabu (14/8/2013) sore.

Haryanto yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek di kawasan niaga tersebut mengaku cukup terkejut dengan kemunculan Jokowi. Apalagi, Jokowi berjalan tanpa pengawalan ketat. "Sayang, saya enggak sempat salaman," ucapnya.

KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI Pekerja memotong besi bekas penyangga jembatan di Jalan Kebon Jati depan Pasar Blok G Tanah Abang, Selasa (13/8/2013).

Kedatangan Jokowi pada Selasa malam itu sebetulnya dalam rangka pengambilan gambar oleh sebuah stasiun televisi. Meski demikian, kedatangannya waktu itu tetap saja menjadi obrolan antarwarga hingga keesokan harinya karena ternyata malam itu Jokowi tidak hanya shooting.

Haryanto menyebutkan, Jokowi juga mengecek pembongkaran tiang besi tua yang pernah digunakan sebagai penyangga untuk pembuatan jembatan penghubung di Jalan Kebon Jati. Pembongkaran itu memang atas perintah Jokowi. Menurut Haryanto, pekerja yang membawa peralatan las untuk memotong besi-besi besar itu baru berhenti bekerja pukul 24.00.

Siang sebelumnya, Jokowi sudah memerintahkan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana untuk menyedot lumpur dan kotoran yang menyumbat selokan di sekitar pasar. Jokowi meminta pembersihan itu dengan menelepon Kepala Dinas Damkar dan PB Subejo. Tak lama kemudian, puluhan petugas dinas tersebut dan Dinas Pekerjaan Umum datang dan langsung membersihkan selokan berbau tak sedap itu.

Rabu siang tadi, Jokowi kembali ke pasar itu. Kali ini, ia tak segan-segan membenarkan penutup besi saluran air yang terbuka. Ratusan karyawan PD Pasar Jaya dan sejumlah suku dinas terkait serta Satpol PP pun turun membantu perbaikan Blok G Pasar Tanah Abang.

Pujian dan harapan pedagang

Menanggapi semua itu, Wati, pedagang kolang-kaling di depan Pasar Blok G, mengaku terkesan dengan cara kerja Jokowi. Ia memuji Jokowi yang bertindak cepat dan segera membereskan permasalahan yang dijumpainya di lapangan. "Kayak Wali Songo, secara sekali sruut... semua langsung rapi," ujarnya.

Saminem, pedagang buah-buahan asal Solo, juga mengapresiasi apa yang dilakukan Jokowi malam itu. Saminem mengaku menurut saja apa yang diminta Jokowi terhadap pedagang di Tanah Abang, yakni agar pindah ke dalam Pasar Blok G.

Saminem sudah berjualan buah selama 20 tahun di lahan parkir depan Pasar Blok G. Ia mengaku sudah didata oleh tim pendata pedagang kaki lima (PKL) sejak sebelum Ramadhan. Namun, ketika hari verifikasi tiba, Saminem yang belum memiliki KTP Jakarta tak menemukan namanya dalam daftar pedagang yang ingin direlokasi ke dalam pasar.

Ia berharap, Jokowi berkomitmen mengutamakan pedagang lama Tanah Abang dalam program relokasi itu. "Kita kan sebelum penertiban sudah didata. Kita tanya di atas (petugas pendaftaran dari PD Pasar Jaya), katanya diproritaskan DKI dulu. Kita mah bagaimana, belakangan juga nggak apa-apa," ujarnya pasrah.

Saminem rela ditempatkan di tempat mana pun asalkan ia tetap bisa mencari uang. Ia berharap pedagang yang telah didata sejak awal mendapat prioritas dalam relokasi itu.

Wati pun merasakan hal yang sama. Kedua pedagang itu tak mengerti mengapa proses verifikasi tak menggunakan data awal. Mereka juga tak mengerti betul bagaimana proses penyaringan data awal sehingga pada hari verifikasi ada sejumlah pedagang tidak masuk daftar verifikasi, padahal sebelumnya sudah terdata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanah Longsor di Perumahan New Anggrek 2 Depok Berulang Kali Terjadi sejak Desember 2022

Tanah Longsor di Perumahan New Anggrek 2 Depok Berulang Kali Terjadi sejak Desember 2022

Megapolitan
Curhat Jukir Liar di Minimarket: Orang Mau Kasih Uang atau Tidak, Saya Enggak Paksa...

Curhat Jukir Liar di Minimarket: Orang Mau Kasih Uang atau Tidak, Saya Enggak Paksa...

Megapolitan
Polisi Tetapkan 4 Tersangka dalam Kasus Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tetapkan 4 Tersangka dalam Kasus Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
4 Pelaku Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Ditangkap Polisi, Ini Perannya

4 Pelaku Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Ditangkap Polisi, Ini Perannya

Megapolitan
Gerindra Kota Bogor Buka Peluang Bentuk Koalisi 'Gemuk' di Pilkada 2024

Gerindra Kota Bogor Buka Peluang Bentuk Koalisi "Gemuk" di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Megapolitan
Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Megapolitan
Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Megapolitan
Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Megapolitan
Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Megapolitan
Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Megapolitan
Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Megapolitan
Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com