Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waduk Teluk Gong Mulai Ditata

Kompas.com - 23/09/2013, 10:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Waduk Teluk Gong, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, juga akan ditata mengikuti Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio. Langkah awal penataan, sebanyak 30 bangunan liar yang berdiri di bantaran Waduk Teluk Gong dibongkar.

Lurah Pejagalan, Alamsyah, menuturkan, dibongkarnya puluhan bangunan liar tersebut merupakan salah satu program untuk memperindah kawasan Jakarta Utara. Pasalnya, bangunan yang sudah berdiri sejak sembilan tahun lalu membuat kawasan itu terlihat kumuh.

"Sesuai dengan program Wali Kota Jakarta Utara Bambang Sugiyono bahwa ini merupakan salah satu program bersih-bersih," kata Alamsyah saat ditemui di lokasi pembongkaran, Minggu (22/9/2013) di Jakarta.

Alamsyah mengatakan, dibongkarnya puluhan lapak itu juga bisa mempermudah alat berat semacam backhoe untuk mengeruk Waduk Telok Gong.

Beberapa hari lalu, Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara sudah mengangkat belasan ton eceng gondok yang tumbuh di waduk tersebut.

"Dengan begitu, Waduk Teluk Gong akan kembali sebagaimana fungsinya, yaitu menampung debit air," kata Alamsyah.

Ia menjelaskan, sebelum melakukan pembongkaran, pihaknya telah memberikan imbauan. Mulai dari pendekatan persuasif hingga pemberian surat peringatan kepada pemilik 30 bangunan berbahan semipermanen tersebut.

"Jadi yang dibongkar ini karena mereka tetap membandel, makanya kita langsung ambil tindakan tegas," katanya.

Bangunan liar yang terdiri dari warung, kandang kuda, bengkel las, lapak tukang bensin, tempat pencucian motor, kandang ayam dan lapak tukang bunga, saat ini sudah rata dengan tanah. Warga pun saat ini mulai pindah dengan mengontrak rumah.

"Jadi selama ini mereka memanfaatkan lahan pemerintah dengan mendirikan bangunan liar," kata Alamsyah.

Sementara itu, Sanan (55), salah satu korban pembongkaran mengaku pihaknya sudah tinggal di lokasi itu sejak tahun 2006. Meski demikian, ia tak menampik bahwa dirinya membangun rumah berbahan semipermanen di atas tanah pemerintah.

"Habis saya enggak punya uang buat bayar kontrakan. Makanya, pas saya lihat di sini kosong, makanya langsung saya bangun rumah," kata pria yang memiliki lima anak itu.

Kini, pria asal Banten, Jawa Barat, ini akan membawa istri dan anak-anaknya itu mengontrak di sebuah rumah petakan seharga Rp 450.000.

Sewa kontrakan nantinya akan dibayar dari uang yang ia dapatkan selama menjadi penjual minuman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Dharma Pongrekun Unggah 840.640 Dukungan Warga DKI ke Silon, KPU: Syarat Minimal Terpenuhi

Megapolitan
Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Megapolitan
Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com