"Ada yang bilang artefak tersebut sudah berada di Thailand. Maka dari itu, kita masih terus berkomunikasi dengan Interpol. Tetapi, sampai saat ini belum ada laporan mengenai itu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/10/2013).
Selain dengan Interpol, tambah Rikwanto, kepolisian Indonesia telah berkoordisasi dengan bandara-bandara yang berada di dalam ataupun luar negeri.
Rikwanto menilai adanya unsur-unsur kesengajaan dalam hilangnya empat artefak emas tersebut. Unsur kesengajaan yang dimaksud adalah adanya orang yang menginginkan benda peninggalan Kerajaan Mataram kuno tersebut.
Selain itu, dalam kasus ini juga terdapat unsur kelalaian, yakni tidak bekerjanya closed circuit television (CCTV) museum dan tidak adanya satu pun petugas keamanan museum yang mengetahui artefak tersebut telah dicuri. "Waktu hilangnya saja kapan juga tidak jelas. Jadi, susah untuk menyelidikinya," kata Rikwanto.
Sementara itu, museolog Kartum Setiawan mengatakan, artefak tersebut sangat memungkinkan sudah berpindah tangan ke seseorang yang berada di luar negeri. Sebab, artefak tersebut berukuran sangat kecil, sangat mudah untuk disembunyikan di suatu tempat. Terlebih pelaporan kehilangan artefak tersebut tergolong sangat terlambat.
Artefak tersebut hilang pada Rabu, 11 Agustus 2013, pagi. Tetapi, pengelola museum baru melaporkan kehilangan benda bersejarah itu pada keesokan harinya.
"Bisa jadi (sudah berada di luar negeri). Biasanya sudah langsung dibawa ke luar negeri. Jadi kalau hilangnya malam, bisa saja pagi sudah dibawa ke luar negeri. Apalagi ada jeda antara waktu hilang dengan pelaporan," ujarnya saat dihubungi.
Kartum menambahkan, harus segera bekerja sama dan melaporkan rumah-rumah lelang yang berada di luar negeri mengenai hilangnya artefak dari museum ini. Saat ini, polisi lebih memfokuskan melakukan penyidikan di dalam internal museum.
"Apalagi untuk hal seperti ini biasanya sudah ada kerja sama dengan jaringan kolektor," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.