Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robin: Boro-boro "Tunjukin" Identitas, Langsung Ditembak

Kompas.com - 14/10/2013, 16:33 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Robin Napitupulu (25), korban salah tangkap dan penganiayaan yang dilakukan aparat Reserse Kriminal Tanjung Duren, Jakarta Barat, membantah kalau polisi sempat menunjukkan identitas dan mengetuk kaca mobil kepadanya.

Robin menuturkan, saat memanaskan mobilnya, tiba-tiba mobil jenis sedan langsung memarkir di depan mobilnya, satu dari dua orang keluar dan empat peluru langsung menembak kaca mobil Robin. Takut dirinya akan dirampok, Robin menundukkan kepalanya dan langsung menancapkan gas mobilnya.

"Tidak ada peringatan tembakan sebelumnya, boro-boro tunjukin identitas, ketuk kaca mobil saja tidak, langsung ditembak ke mobil," ujar Robin kepada Kompas.com di ruang perawatan Paviliun Melati kamar Nomor 10, RS Pelabuhan Jakarta Utara, Senin (14/10/2013).

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto memberikan konfirmasi kepada wartawan bahwa saat penyergapan, polisi sudah menunjukkan identitasnya. Tetapi, kala itu korban salah tangkap, Robin Napitupulu (25), justru terlihat panik dan langsung tancap gas dengan mobil Toyota Rush bernomor polisi B 1946 KOR miliknya.

Robin mengaku waktu itu ia langsung tancap gas mobilnya untuk mengamankan dirinya karena takut dirinya akan dirampok oleh kawanan perampok. Saat menghindari polisi yang ia sangka kawanan perampok tersebut, sekitar 15 menit ia berputar mencari pertolongan, akhirnya Robin membelokkan mobilnya ke kantor RW setempat.

Selang lima menit berada di kantor RW tersebut, datanglah satu dari dua orang polisi menemui Robin. "Nah, polisi baru nunjukin kartu identitasnya itu waktu di kantor RW," ujar Robin.

Robin juga membantah pernyataan Rikwanto yang mengatakan bahwa dirinya sempat diamuk massa terlebih dahulu. Menurut penuturan Robin, justru ia langsung dihajar kepalanya oleh polisi dengan gagang pistol hingga berdarah saat diinterogasi karena tidak mengaku sebagai maling.

Setelah diinterogasi, sekitar satu jam, dua polisi itu pun memastikan bahwa Robin bukan target yang dimaksud. Robin akhirnya dibawa ke RS Pelabuhan di Jakarta Utara untuk mendapatkan perawatan pada Minggu dini hari, sekitar pukul 00.30. Dua polisi yang menghadang, menembak, dan lalu menghajar Robin diketahui berlalu begitu saja.

Akibat peristiwa itu, selain mobil rusak, Robin juga mengalami trauma dan mendapatkan 20 jahitan di kepalanya. Lengan tangan kanan dan pinggangnya memar terkena serpihan peluru, sementara telunjuk tangan kanannya pun retak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com