Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Keracunan Getuk, IPB Perketat Pengawasan Konsumsi

Kompas.com - 17/10/2013, 10:39 WIB
Ambrosius Harto Manumoyoso

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Hasil uji sampel getuk lindri dan talam jagung yang membuat ratusan mahasiswa IPB keracunan oleh Laboratorium Jasa Analisis, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB menunjukkan bahwa kedua penganan itu mengandung mikroba berlebihan. Batas normal jumlah mikroba sekitar 800 juta untuk getuk lindri dan sekitar 750 juta untuk talam jagung.

Berdasarkan pengamatan visual pada penganan tidak didapatkan tanda-tanda basi yakni berlendir dan berbau. Penganan tidak basi apalagi beracun. Jika beracun, akibat yang ditimbulkan bisa fatal yakni kematian.

Wakil Dekan Fakutas Ekologi Manusia, Ahmad Sulaeman menambahkan, hasil uji sampel oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa getuk lindri dan talam jagung itu terkontaminasi bakteri Bacillus Cereus. Bakteri ini dapat menimbulkan gejala mual dan muntah dalam waktu 30 menit sampai 6 jam setelah makanan terkontaminasi itu dikonsumsi.

"Kontaminasi oleh Bacillus Cereus dapat disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan perajin makanan tidak higienis," kata Ahmad.

Kondisi ini amat mungkin diakibatkan perajin tidak berpengetahuan cukup dalam mengolah bahan makanan. Dari 121 mahasiswa yang mengeluh sakit setelah mengonsumsi penganan itu, 40 orang di antaranya yang mendapat pemeriksaan. Yang sempat dirawat sebanyak sembilan mahasiswa. Namun, empat mahasiswa dari sembilan mahasiswa itu sebenarnya tidak memerlukan perawatan inap tetapi keletihan. Yang dirawat inap ada lima mahasiswa, yang dua mahasiswa di antaranya sudah terserang gejala thypus saat mengonsumsi penganan tadi.

Belajar dari kasus itu, Institut Pertanian Bogor menyusun prosedur operasional baku pemesanan, penyimpanan, dan pembagian konsumsi untuk kegiatan mahasiswa. Diharapkan peristiwa 121 mahasiswa mual, muntah, dan diare saat seminar nasional Pekan Nutrisi di Kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Minggu (22/9), akibat mengonsumsi getuk lindri dan talam jagung itu tidak berulang.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia Arif Satria mengatakan, kejadian itu di luar dugaan panitia dan menjadi pelajaran berharga. Kampus harus kian waspada terhadap penyelenggaraan konsumsi skala besar dari industri rumah tangga. Untuk itu, prosedur operasional baku akan memuat semacam panduan untuk mahasiswa yang menjadi panitia kegiatan dalam hal penyelenggaraan konsumsi skala besar. Misalnya, mengecek ke pembuat penganan tentang bahan-bahan yang dipakai.

Kemudian, waktu dan cara pembuatan penganan. Jangan sampai penganan tersimpan terlalu lama sebelum disajikan sebab berpotensi terkontaminasi oleh bakteri. “Penganan tidak asal murah atau lokal tetapi berkualitas dan aman,” kata Arif, Kamis (17/10/2013).

Menurut Arif, POB juga dapat dimanfaatkan untuk pembinaan industri pembuatan makanan-minuman skala rumah tangga dan kantin sekolah, kampus, dan kantor. IPB berencana mendorong Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor menerbitkan sertifikasi laik higienis dan standardisasi keamanan pangan untuk industri makanan-minuman dan kantin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com