Rosek Nursahid, Ketua Pro Fauna Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com — Komunitas pencinta hewan langka sebaiknya dihapus saja dan tak perlu ada. Sebab, komunitas ini ujung-ujungnya membuat penjualan hewan langka makin marak.
Penjual dan pembeli kemudian bertemu dari wadah itu. Transaksi pun terjalin. Bukan penangkaran yang muncul, melainkan pengambilan hewan langka dari alam jadi semakin masif. Ini justru mempercepat kepunahan hewan langka.
Sampai saat ini, dari berbagai komunitas hewan langka yang ada, tak satu pun bisa jadi penangkar yang serius. Semuanya masih sekadar hobi. Hanya segelintir komunitas yang menjalankan hobi hewan langkanya secara jujur.
Sebenarnya, peredaran hewan langka sudah berbeda dibandingkan lima tahun lalu. Tetapi, saya masih menganggap, Pasar Pramuka, Jakarta Timur, sebagai pasar hewan langka terbesar. Namun, sekarang mereka sudah tak sevulgar dulu.
Transaksi secara sembunyi-sembunyi itu yang sekarang membuat petugas kesulitan melacak. Tetapi, saya anggap itu tak sulit (melacak). Sebab, transaksi hewan langka ada keterkaitannya dengan uang. Transaksi (jual-beli) hewan langka amat mudah dijebak.
Namun, saya heran, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) seperti berhadapan dengan tembok untuk mengungkap perdagangan satwa langka. Saya rasa gampang untuk mengetahui siapa saja penjual hewan langka di Pasar Pramuka jika petugas BKSDA serius.
Karena itu, ada kemungkinan terlalu banyak pihak yang terlibat dalam bisnis hewan langka ini. Diduga, ada petinggi-petinggi di BKSDA atau kebun binatang yang mengambil keuntungan dari peredaran hewan langka tersebut. Karena itu, mengungkap pelaku yang memperdagangkan hewan langka seolah-olah dibuat rumit, padahal sama sekali tidak rumit dan sangat mudah untuk mengungkapnya.
Hanya, sekarang, sampai di mana niat petugas BKSDA untuk memberantas peredaran ini. Kalau tak ada niat, ya sampai kapan pun tak akan bisa. Anak buah hanya menjalankan perintah dari atasan.
Apabila atasannya punya perilaku yang tidak suka dengan peredaran satwa langka, pasti mereka akan mengikuti atasannya. Anak buah tak mungkin berani membantah.
Anehnya, kini yang terjadi justru anak buah berani ikut-ikutan mengedarkan satwa langka. Jadi, ini sangat berbahaya kalau begitu. Banyak yang perlu diperiksa, sepertinya banyak aparat yang terlibat perdagangan satwa langka. (ote)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.