Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ungkap Perdagangan Satwa Langka Gampang, tetapi..."

Kompas.com - 04/11/2013, 11:00 WIB


Rosek Nursahid, Ketua Pro Fauna Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com — Komunitas pencinta hewan langka sebaiknya dihapus saja dan tak perlu ada. Sebab, komunitas ini ujung-ujungnya membuat penjualan hewan langka makin marak.

Penjual dan pembeli kemudian bertemu dari wadah itu. Transaksi pun terjalin. Bukan penangkaran yang muncul, melainkan pengambilan hewan langka dari alam jadi semakin masif. Ini justru mempercepat kepunahan hewan langka.

Sampai saat ini, dari berbagai komunitas hewan langka yang ada, tak satu pun bisa jadi penangkar yang serius. Semuanya masih sekadar hobi. Hanya segelintir komunitas yang menjalankan hobi hewan langkanya secara jujur.

Sebenarnya, peredaran hewan langka sudah berbeda dibandingkan lima tahun lalu. Tetapi, saya masih menganggap, Pasar Pramuka, Jakarta Timur, sebagai pasar hewan langka terbesar. Namun, sekarang mereka sudah tak sevulgar dulu.

Transaksi secara sembunyi-sembunyi itu yang sekarang membuat petugas kesulitan melacak. Tetapi, saya anggap itu tak sulit (melacak). Sebab, transaksi hewan langka ada keterkaitannya dengan uang. Transaksi (jual-beli) hewan langka amat mudah dijebak.

Namun, saya heran, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) seperti berhadapan dengan tembok untuk mengungkap perdagangan satwa langka. Saya rasa gampang untuk mengetahui siapa saja penjual hewan langka di Pasar Pramuka jika petugas BKSDA serius.

Karena itu, ada kemungkinan terlalu banyak pihak yang terlibat dalam bisnis hewan langka ini. Diduga, ada petinggi-petinggi di BKSDA atau kebun binatang yang mengambil keuntungan dari peredaran hewan langka tersebut. Karena itu, mengungkap pelaku yang memperdagangkan hewan langka seolah-olah dibuat rumit, padahal sama sekali tidak rumit dan sangat mudah untuk mengungkapnya.

Hanya, sekarang, sampai di mana niat petugas BKSDA untuk memberantas peredaran ini. Kalau tak ada niat, ya sampai kapan pun tak akan bisa. Anak buah hanya menjalankan perintah dari atasan.

Apabila atasannya punya perilaku yang tidak suka dengan peredaran satwa langka, pasti mereka akan mengikuti atasannya. Anak buah tak mungkin berani membantah.

Anehnya, kini yang terjadi justru anak buah berani ikut-ikutan mengedarkan satwa langka. Jadi, ini sangat berbahaya kalau begitu. Banyak yang perlu diperiksa, sepertinya banyak aparat yang terlibat perdagangan satwa langka. (ote)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com