Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Pedagang Blok G Harus Berstrategi

Kompas.com - 13/11/2013, 20:30 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo membandingkan penataan Pasar Klitikan, Solo, Jawa Tengah, dengan Blok G, Tanah Abang, Jakarta.

Menurut Jokowi, dengan situasi yang tidak strategis saja, Pasar Klitikan bisa berkembang. Dia pun berharap situasi serupa terjadi di Blok G, Tanah Abang.

Ditemui saat blusukan di Blok G, Rabu (13/11/2013) siang, Jokowi pun mengakui bahwa Pasar Klitikan, letaknya jauh dari strategis. Berbeda jauh dengan Blok G, Tanah Abang. Selain jauh dari pusat permukiman dan sedikit terpencil dari jalanan, lokasi tersebut memiliki persepsi buruk lantaran bekas titik prostitusi.

"Tapi mereka bisa bangun citranya sendiri. Jadinya ramai," ujarnya.

Mantan Wali Kota Surakarta ini pun menjelaskan, proses meramaikan Pasar Klitikan di Solo kurang lebih sama seperti yang dilakukannya di Blok G, Tanah Abang. Mulai dari aksi promosi hingga menyajikan acara agar pasar itu ramai.

"Prosesnya satu tahunlah sampai pasar itu stabil. Promosinya sama kayak Blok G. Promosi di TV, di koran, dari yang sebelumnya ndak dilewati angkutan, kita lewatin angkutan umum," ujarnya.

Lantas, mengapa pedagang Blok G mengaku sepi dari pembeli? "Biasa, pedagang itu kalau untungnya banyak, bilangnya lumayan. Kalau untungnya lumayan, bilangnya untungnya kecil. Kalau untung kecil bilangnya rugi. Saya tahu, kan saya dagang juga," katanya.

Jokowi pun menitikberatkan persoalan sepi tersebut kepada kemampuan pedagang untuk mengembangkan usahanya sendiri. Ia menilai, jika memang benar sepi pembeli, pedagang harusnya melakukan strategi usaha layaknya pengusaha agar tak merugi.

Di Solo, lanjut Jokowi, pedagang berstrategi untuk menjajakan barang-barang khas yang tidak ada di tempat lainnya sehingga menarik pembeli. Dia pun meminta pedagang Blok G memutar otak agar usahanya tetap berjalan dan mendapatkan untung.

"Produk mereka (pedagang Blok G) mungkin ndak kompetitif. Ndak masuk tren. Merekalah yang lebih tahu apa yang mereka harus perbuat, bagaimana usahanya tetap berjalan," ujarnya.

Seperti diketahui, setelah ratusan pedagang kaki lima (PKL) dipindahkan dari tepi jalan ke dalam Blok G, persoalan pun belum selesai. Para PKL mengaku sepi pembeli. Informasi yang dihimpun menyebutkan, sekitar 100 PKL mengosongkan lapak jualan karena diketahui sepi pembeli.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com