Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjibaku Menarik Sampah di Pintu Air

Kompas.com - 15/11/2013, 07:56 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kerja keras kian berat ketika Kalibaru meluap seperti yang terjadi pada Selasa (12/11) malam hingga Rabu (13/11) siang. Air Kalibaru harus segera dialirkan ke jalan agar luapan air ke permukiman warga dapat dikurangi.

Pengalihan ini harus dilakukan karena aliran air tidak bisa masuk ke dalam saluran yang ada di bawah Jalan Raya Bogor, tepatnya di depan Pusat Grosir Cililitan. Saluran yang tertutup itu tak lagi mampu menampung air karena tersumbat endapan lumpur dan sampah.

Selama hampir satu jam Ikhwan dan Supri berusaha menarik ”gerombolan” sampah yang tersangkut di dalam gorong-gorong. Jenis sampahnya pun beragam, mulai dari gumpalan plastik, kain, batang pohon, gulungan kabel, hingga kasur tipis.

Butuh usaha keras menarik sampah di dalam gorong-gorong, ujar Ikhwan. Semua sampah itu tersangkut kabel listrik berdiameter lebih dari 10 sentimeter yang melintang di tengah gorong-gorong.

”Saya juga tidak habis pikir, kenapa ada kabel sebesar itu di gorong-gorong,” kata Ikhwan.

Berhasil menarik sampah di gorong-gorong, Supri lalu berlari untuk membuka pintu air yang menghubungkan Kalibaru dengan gorong-gorong. Susah payah dia memutar roda besi penggerak pintu air yang beberapa giginya patah.

”Heh, banyak giginya (gigi roda) yang ompong. Harus ekstra tenaga, nih,” katanya sambil menghela napas.

Sementara Ikhwan bertahan di mulut gorong-gorong dengan menancapkan kedua kakinya di dinding saluran. ”Mulai jalan airnya,” kata Ikhwan berteriak dan segera naik ke atas jalan.

Di bibir Kalibaru, Supri dan Ikhwan sejenak mengamati aliran Kalibaru sambil mengatur napas dan meminum teh yang sudah mereka siapkan sendiri. Tidak berapa lama beristirahat, Ikhwan sudah memerintahkan Supri kembali mengenakan sepatu bot.

Supri diperintahkan menarik saringan besi yang dibuka sejak Selasa malam. Sementara Ikhwan nyemplung ke tengah aliran Kalibaru untuk mengembalikan saringan itu ke posisi semula.

Seusai melakukan itu semua, Ikhwan dan Supri melanjutkan lagi kerja mereka dengan menarik sampah yang tersangkut di pintu saringan. Namun, upayanya terhenti beberapa kali karena conveyor belt sampah dari pintu saringan ke penimbunan beberapa kali macet terganjal gunungan sampah.

Hal itu terjadi karena Dinas Kebersihan DKI tak mengangkutnya sejak selama tiga bulan terakhir. Akibatnya, sampah itu kembali tersangkut di pintu saringan. Hingga menjelang Rabu sore, pekerjaan Ikhwan dan Supri belum juga tuntas untuk mengangkut sampah dari Kalibaru. Beberapa kali Ikhwan harus meratakan tumpukan sampah di tempat penimbunan agar tak mengganggu putaran conveyor belt.

Pemerintah alpa

Pekerjaan Ikhwan dan Supri selama satu hari itu nyaris menenggelamkan semua proyek-proyek besar penanganan banjir Jakarta. Betapa Kalibaru yang hanya memiliki lebar 15 meter itu tak tertangani dengan baik. Pemerintah selama ini sangat bergantung pada tenaga ”manusia pintu air” seperti Ikhwan dan Supri yang hanya pekerja honorer dengan upah Rp 2,2 juta per bulan.

Risiko yang dihadapi pekerja honorer ini bukan hanya ”teror” dari pejabat pemprov jika terjadi banjir, tetapi juga warga saat memutuskan membuka Pintu Air Kalibaru ke gorong-gorong menuju Kali Ciliwung. Keputusan itu bisa menyebabkan banjir di permukiman yang ada di tepian Ciliwung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com