Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Tata Kota: Protes Pedagang Pasar Minggu Hanya soal Komunikasi

Kompas.com - 15/11/2013, 18:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwana Yoga menilai, protes yang dilayangkan pedagang di Pasar Minggu kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terkait desain pasar tradisional yang terintegrasi dengan rumah susun sewa sederhana ibarat tak kenal maka tak sayang. Pemprov DKI Jakarta dinilai kurang menyosialisasikan desain sehingga pedagang menolak.

"Intinya cuma satu, tak kenal maka tak sayang. Gubernur tinggal instruksi saja ke lurah, camat, dan PD Pasar Jaya, dialog pada pedagang soal desain itu. Pasti mau, saya yakin," ujar Nirwana saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (15/11/2013) siang.

Soal desain itu sendiri, Nirwana menilai konsep terintegrasinya pasar tradisional dengan rusunawa sebenarnya sudah jamak dan berhasil diterapkan di berbagai kota di dunia, misalnya Hongkong dan Taiwan.

Dari 20 lantai, misalnya, lima lantai diperuntukkan pasar, sedangkan sisanya untuk tempat tinggal dan fasilitas pendukung penghuni, baik untuk pedagang maupun warga lainnya.

Tentunya, lanjut Nirwana, pasar yang dimaksud bukanlah pasar tradisional yang becek, jorok, dan bau, melainkan pasar yang terzonasi jenis barang dagangannya, tertata rapi, dan bersih.

Konsep tersebut, kata Nirwana, memiliki banyak efek positif. Secara umum, konsep tersebut malah menyelesaikan persoalan-persoalan yang selama ini muncul di pasar tradisional.

Pertama, menginventarisasi manusia di sebuah tempat terpadu di mana tempat tersebut dijadikan sebagai tempat tinggal dan juga dijadikan sebagai tempat bekerja. Hal tersebut secara langsung mengurangi mobilitas sehingga berimbas pada berkurangnya kemacetan.

"Kedua, dengan terintegrasinya tadi, menjamin tidak adanya insiden kebakaran. Karena pemasangan instalasi listriknya tentu komprehensif, pasti terancang dengan baik," kata Nirwana.

"Begitu juga dengan ketersediaan air bersih, gas kalau memakai, serta fasilitas-fasilitas sosial yang lain. Pasti bagus," lanjutnya.

Apalagi, lokasi Pasar Minggu terbilang strategis dengan akses transportasi massal seperti kereta listrik.

Pemprov DKI, menurut Nirwana, tinggal menambah opsi transportasi umum lainnya di wilayah tersebut. Salah satu contohnya yakni bus transjakarta. Hal itu pun secara tidak langsung membuat penghuni rusun integrasi itu urung membeli kendaraan pribadi lebih dari satu lantaran mobilitasnya terpenuhi dengan kenyamanan yang baik.

"Malah harusnya konsep ini tidak diterapkan hanya di Pasar Minggu, tapi di lokasi lain, misalnya Jatinegara, Tanah Abang, dan lain-lain sehingga jadi kawasan wisata belanja baik," ujarnya.

Dengan segala desain yang sudah baik, Nirwana mengakui bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang memang kurang dioptimalkan oleh Pemprov DKI. Padahal, komunikasi merupakan hal yang terpenting.

Nirwana pun berharap Joko Widodo dapat menyelesaikan persoalan tersebut seperti yang kerap dilakukannya di tempat lain.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah pedagang memprotes desain bangunan yang disodorkan Gubernur Joko Widodo. Protes tersebut dilayangkan saat pedagang bertemu langsung dengan Jokowi pada peresmian relokasi 843 pedagang kaki lima ke dalam Blok B, C, dan lokasi binaan, Rabu (13/11/2013).

Mewakili rekan-rekan pedagang lainnya, M Rizal (30) melayangkan protes desain itu. "Kita 30 tahun menantikan pasar seperti sekarang. Terkesan sudah enggak semrawut dan kumuh sehingga enggak nyaman, tapi kita keberatan kalau ada rusun," ujar pedagang sayur itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com