Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Kita Minta BPPT Lakukan Rekayasa Cuaca

Kompas.com - 19/11/2013, 15:07 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meminta BPPT untuk melakukan rekayasa cuaca pada Desember mendatang, saat menjelang puncak musim penghujan.

"Kita bikin surat kepada BPPT untuk rekayasa cuaca di Desember nanti," kata Basuki di Gedung BPPT Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Rekayasa cuaca itu akan dilaksanakan pada Desember karena diprediksi Hujan akan mengguyur Jakarta setiap hari. Sementara pengerjaan normalisasi sungai dan waduk belum optimal.

Surat itu, rencananya akan dilayangkan langsung dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kepada BPPT dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Melalui rekayasa cuaca, hujan akan didorong ke arah laut, supaya tidak turun deras di Jakarta.

Basuki mengatakan, bendungan raksasa atau Giant Sea Wall, tidak bisa dibuat dalam satu atau dua hari. Sehingga, rekayasa cuaca semacam itulah yang akhirnya dipilih. Ia berharap upaya tersebut dapat mengurangi intensitas hujan hingga puncak musim hujan terlewati.

Menurut ramalan Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika, puncak hujan Jakarta akan terjadi pada Januari-Februari mendatang. "Awan hujan kan digarami dan digeser ke arah laut, ke Pantai Mutiara. Jadi, pohon mangga di rumah gue ada yang nyiramin. He-he-he," ujarnya seraya tertawa.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga telah bertemu BNPB untuk membicarakan modifikasi cuaca Jakarta di musim hujan, termasuk penghitungan biaya yang diperlukan untuk modifikasi ini. Diperkirakan biaya modifikasi cuaca mencapai Rp 18 miliar yang dikeluarkan dari APBD DKI.

Dalam pertemuan itu, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho, meyakini modifikasi cuaca di langit Jakarta dapat mengurangi banjir. Modifikasi cuaca ini prosesnya sama seperti tahun lalu, yakni menyemai NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca.

"Prosesnya melalui awan yang ada kami buyarkan, dan dijatuhkan ke laut. Selain dari langitnya, atmosfirnya kami modifikasi, hujan kami kurangi, kemudian dijatuhkan ke tempat lain, atau puncak hujannya dibuat agar tidak terjadi secara bersamaan," kata Sutopo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com