Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi Saluran Air, Warga Rela Bangunan Dibongkar asal Tak Tebang Pilih

Kompas.com - 26/11/2013, 21:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan bangunan permanen di atas saluran air di RW 07 dan RW 08 Jalan Cempaka Baru Barat Ujung, Kelurahan Harapan Mulia, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, dihancurkan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat.

Hal ini dilakukan untuk menormalisasi saluran air yang memiliki lebar 3 meter itu. Pasalnya, endapan lumpur yang berada di kawasan tersebut sudah mengendap dan mengakibatkan banjir ketika hujan tiba.

Berdasarkan pantauan di lapangan, pelataran rumah, tempat parkir salah satu minimarket, serta toko-toko yang dibangun di atas saluran air mulai dihancurkan. Sepanjang 800 meter, banyak sekali warga yang menutup saluran air dengan bangunan permanen.

Menyusul pembongkaran tersebut, kebanyakan warga hanya bisa pasrah. Mereka mengklaim mendukung program normalisasi saluran itu asalkan dalam pembongkaran bangunan permanen itu tidak ada pilih kasih.

Menurut Sri Minarti (39), warga RT 10/RW 07 Jalan Cempaka Baru Barat Ujung, bangunan permanen di atas saluran itu sudah ada sejak 25 tahun lalu. Dia membangun bangun permanen itu karena kondisi rumahnya kecil dan tidak ada ruangan untuk berjualan.

"Soalnya rumah saya cuman berukuran 3 x 5 meter, jadi ambil saluran air untuk dagang. Saya sih mendukung saja asalkan tidak tebang pilih dalam pembongkaran," kata wanita yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang nasi goreng itu.

Selama ini, kata Sri, pembongkaran yang dilakukan petugas dari Kecamatan Kemayoran serta Kelurahan Harapan Mulia dilakukan kepada orang-orang kecil saja. Sementara banyak bangunan milik orang kaya yang belum dibongkar.

"Pembongkarannya nggak merata. Jadi, kita tanda tanya, ada apa ini. Kok malah masyarakat kecil yang dibongkar duluan. Padahal, kan ini saya susah buat dagang," katanya.

Sementara itu, Ketua RT 10/ RW 07 Sumarnio (65) mengaku, sosialisasi terkait rencana normalisasi saluran air itu sudah diberi tahu oleh pihak kelurahan dan kecamatan. Lokasi tersebut dipilih lantaran setiap hujan dua jam saja, otomatis lokasi tersebut banjir. Hal ini disebabkan endapan lumpur yang sudah semakin parah.

"Tadinya kedalaman saluran air sekitar dua meter, tapi karena puluhan tahun tidak pernah dikeruk, sekarang tinggal 50 sentimeter," kata Sumarnio.

Menurutnya, sebagian besar warga setuju dengan pembongkaran tersebut, tetapi tidak tebang pilih. Dia menjelaskan banyak warga yang mengeluhkan masih banyak bangunan yang belum dibongkar. Akan tetapi, dia memahami karena proses pembongkarannya butuh waktu.

"Sudah saya jelaskan kepada warga kalau pembongkaran bangunan di atas saluran air butuh waktu. Yang belum dibongkar karena mereka butuh waktu untuk membereskan barang-barangnya. Warga juga kebanyakan membongkar sendiri, tapi kalau membutuhkan alat berat jadi dibantu petugas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com