Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok dan Mimpi Menjadi Presiden

Kompas.com - 09/12/2013, 10:18 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — "Kalau politisi tidak pernah bermimpi berkantor di Medan Merdeka Utara, berarti dia bukan politisi." Kata-kata Taufiq Kiemas inilah yang yang selalu berada di dalam benak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sejak masuk ke dalam dunia politik.

Dalam percakapannya bersama Kompas.com beberapa waktu lalu, Basuki mengungkapkan kalau ia pernah maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta independen pada Pilkada DKI 2007. Namun, karena persyaratan yang kurang memadai, mimpinya menjadi gubernur tertunda. Beruntung, Basuki ditarik mendampingi Joko Widodo, yang kini menjadi gubernur dan ia menjadi orang nomor dua di Ibu Kota hingga saat ini.

"Aku enggak pernah mimpi jadi gubernur, mimpinya jadi presiden. Benar, aku pernah nyalonin jadi cagub independen, supaya apa? Semakin dekat sama Merdeka Utara," kata Basuki.

Meski memiliki impian untuk menjadi pemimpin negeri ini, itu tak membuatnya semata-mata meninggalkan Ibu Kota. Dengan nada bercanda, apabila suatu saat nanti ia benar-benar meninggalkan Jakarta, Basuki ingin dikenang oleh para pegawai negeri sipil (PNS) DKI.

Bagaimana caranya? Dengan memasang foto di ruang tamu Balaikota. Agar foto dapat dipasang di ruang tamu Balaikota, pejabat harus terlebih dahulu menjadi gubernur DKI. Di foto itu nantinya akan ada nama gubernur beserta periodenya menjabat.

Pria yang akrab disapa Ahok itu pun meminta publik untuk tidak mereka-reka segala kemungkinan pada Pilpres 2014 mendatang, termasuk kemungkinan Gubernur Jokowi bersama dirinya maju bersama menjadi calon presiden dan wakil presiden.

"Kalau satu paket rugi dong, nanti enggak ada foto gue di ruang tamu. Mendingan ada foto dulu di bawah walaupun sehari enggak apa-apa. He-he-he," imbuhnya.

Amanah versi Basuki

Selama kurang lebih sepuluh tahun berkecimpung di dunia politik, Basuki mengakui hampir semua jabatan yang pernah dipangkunya tak pernah ada yang pernah sampai tuntas. Saat menjadi anggota DPRD tingkat II di Beliitung Timur, temannya pernah berpesan kepadanya untuk menyelesaikan tugas sebagai wakil rakyat, baru mencalonkan diri sebagai bupati Belitung Timur.

Apabila pesan itu dilakukannya, hingga saat ini, Basuki tak akan menjabat sebagai bupati, anggota Komisi II DPR RI, hingga wakil gubernur DKI Jakarta. Jadi, pengertian amanah bagi Basuki ialah jika sudah ada panggilan, tantangan, atau perintah partai, yang menganjurkannya untuk maju ke sebuah jabatan yang lebih prestisius.

Apabila nantinya ada partai politik yang mencalonkan dirinya sebagai presiden, Basuki menyebutnya sebagai sebuah amanah dan mukjizat. Mengapa demikian? Sesuai dengan peraturan yang ada, sebuah partai politik dapat mencalonkan salah satu jagoannya maju di pilpres apabila dapat menguasai minimal 20 persen kursi legislatif. Sebanyak 20 persen itu dianggap Basuki sebagai suara rakyat melalui partai.

Saat ini, Basuki merupakan kader Partai Gerindra yang telah bersepakat mengusung Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto maju menjadi RI-1. "Parpol gila namanya kalau mencalonkan Ahok sebagai presiden. Sudah dapat 20 persen, dikasih ke Ahok, yah mati sendiri ketua umum partainya. Makanya gue bilang ini sebuah amanah dan mukjizat," ujar Basuki lagi.

Basuki menjelaskan, keinginannya menjadi presiden itu untuk mewujudkan keadilan sosial yang selama ini dipandangnya belum ada di Indonesia. Selain itu, selama ini belum ada sejarah presiden yang berani untuk membuktikan kekayaan para pejabatnya dengan pembuktian harta terbalik. Apabila ada calon presiden yang berani melakukan hal itu, ia akan mendukung calon presiden itu dan tak lagi berkeinginan menjadi pemimpin bangsa ini.

"Makanya, kalau ada parpol dukung gue jadi presiden, gue maju langsung. Boleh dong... Warga Jakarta yang teriak-teriak kecewa, juga kemarin pas pilkada enggak milih gue sama Pak Jokowi kan. He-he-he," pungkas alumnus Universitas Trisakti itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Sebut Komunikasi dengan Banyak Partai soal Pilkada Jakarta 2024

Sudirman Said Sebut Komunikasi dengan Banyak Partai soal Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Megapolitan
PKS Dinilai Sulit 'Move On' dari Anies Baswedan

PKS Dinilai Sulit "Move On" dari Anies Baswedan

Megapolitan
4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

Megapolitan
Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus 'Like-Subscribe' Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus "Like-Subscribe" Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Megapolitan
Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di 'Dark Web', Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di "Dark Web", Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Megapolitan
Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Megapolitan
Potret Kondisi Tugu Selamat Datang  Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Potret Kondisi Tugu Selamat Datang Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Megapolitan
Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Megapolitan
Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Megapolitan
Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube Rugi Rp 800 Juta

[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube Rugi Rp 800 Juta

Megapolitan
Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com