Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Itu Bukan Ganti Rugi Namanya, Ganti Rampok!

Kompas.com - 17/12/2013, 16:11 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa warga Taman Burung, Penjaringan, Waduk Pluit, Jakarta Utara, masih bertahan untuk mendapatkan ganti rugi Pemprov DKI setelah bangunan mereka dibongkar. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali bersuara keras atas tuntutan warga itu.

Menurut dia, pihak yang bertahan menuntut ganti rugi dan menolak direlokasi ke rumah susun adalah oknum yang menyewakan lahan negara dan memiliki banyak kontrakan di sana. "Itu bukan ganti rugi namanya, tapi ganti rampok," tegas Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (17/12/2013).

Ia mengaku telah memiliki data warga-warga yang menduduki lahan DKI tersebut. Tak sedikit warga yang menyewakan hingga 10 rumah dan setelah dibongkar mengalami kerugian hingga Rp 4 miliar dan meminta DKI ganti rugi mencapai Rp 2 miliar. Sayangnya, oknum-oknum penyewa lahan negara inilah yang dibela kepentingannya oleh Komnas HAM ataupun lembaga lainnya.

Apabila oknum-oknum itu masih bersikeras bertahan dan menuntut ganti rugi, Basuki akan langsung melaporkan pihak terkait kepada Kejaksaan atas tindak pidana korupsi.

"Langsung saja proses korupsi, dia punya Rp 4 miliar untuk membangun rumah di atas lahan negara. Saya saja enggak punya uang kontan Rp 4 miliar," kata Basuki.

Warga Taman Burung yang menuntut uang ganti rugi mengaku akan digunakan untuk modal dan biaya pulang ke daerah asal dan menjalani hidup di sana. Susanto (49), warga setempat, bertekad untuk terus bertahan di tempat tinggal sementara di kawasan tersebut hingga mendapatkan uang ganti rugi yang pantas.

Dengan uang itu, ia ingin memboyong keluarganya ke rumah ibunya di Kulon Progo, Yogyakarta. Suharno (56), warga lain, mengatakan hal serupa. Daripada tinggal di Jakarta dan selalu digusur, ia memilih pulang ke kampungnya di Grobogan, Jawa Tengah.

Tercatat sudah 148 kepala keluarga (KK) di Taman Burung yang sudah dipindahkan ke Rusun Pinus Elok dan Rusun Cipinang Besar Selatan. Sebanyak 88 KK di antaranya dipindah ke Rusun Pinus Elok, Jakarta Timur, sedangkan sisanya dipindah ke Rusun Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan bahwa warga di sana tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan rumah susun. Warga tersebut tidak ber-KTP DKI dan mengontrak kepada warga yang menguasai lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sebagian warga masih bertahan di lahan tersebut dan mendirikan tujuh tenda darurat di sepanjang Jalan Pluit Timur. Mereka tetap bertahan untuk mendapatkan kejelasan tentang ganti rugi atas tempat tinggal mereka yang telah diratakan dengan tanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com