Pantauan Kompas.com, material sampah yang terdiri dari batang pohon pisang, gabus, kayu, plastik, kasur, dan lainnya menumpuk tertahan di jembatan. Warga yang bermukim di pinggiran bibir Ciliwung sebagian sudah mengungsi di lokasi yang lebih tinggi, tepatnya di ujung atas kolong jembatan tersebut.
Adapun pemandangan warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka bisa terlihat jelas dari atas jembatan. Tampak sejumlah rumah hanya terlihat atapnya saja.
Petugas kepolisian menutup jalur bawah jembatan tersebut. Sementara di atas jembatan, beberapa warga berdiri meminta bantuan dari pengendara yang lewat.
Kejadian ini menjadi tontonan warga yang menepikan kendaraannya untuk mengambil foto atau sekadar melihat banjir dari atas jembatan. Pemandangan ini mengingatkan kejadian yang terjadi pada awal 2013 lalu. Kala itu, untuk membersihkan sampah mesti dikerahkan alat berat dan bantuan dari prajurit TNI AD. Pembersihannya pun memakan waktu berhari-hari.
Opsi lain yang dipilih saat itu yakni menunggu permukaan air sungai Ciliwung turun agar sebagian sampah bisa hanyut dan di angkut di pintu air Manggarai.
Jaka (21), warga RT 9 RW 5, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, mengatakan, puncak kenaikan air terjadi pada pukul 01.00. Kelurahan Cawang tempat tinggalnya saling berhadapan dengan Rawajati, hanya terpisah Ciliwung sebagai perbatasan dengan wilayah Jakarta Selatan.
"Rumah kelelep, lantai dua sudah sedada," ujar Jaka, kepada Kompas.com, Senin (13/1/2014).
Ia mengatakan, kedua orangtuanya mengungsi di Kampus Binawan yang berada tak jauh dari rumahnya. Jaka mengatakan, tidak mengetahui sampai kapan dirinya akan mengungsi. "Sampai nunggu turun airnya, mungkin," ucap Jaka pasrah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.