Mereka sempat kembali ke rumah setelah banjir surut beberapa hari lalu. Namun, akibat hujan deras pada Senin (3/2/2014) malam, rumah mereka kebanjiran lagi. Mau tidak mau mereka harus mengungsi, menjadi warga halte lagi.
Salah seorang pengungsi, Tayumi (50), mengaku fisiknya sudah tidak kuat untuk berpindah-pindah lokasi mengungsi. Banjir yang melanda kediamannya tahun ini telah membuatnya empat kali mengungsi ke halte itu.
"Kalau sinetron, sudah kayak empat episode banjir ini. Datang terus. Kok banjir yang sekarang lama sekali ya," keluh Tayumi saat ditemui di Halte Transjakarta Jembatan Baru, Selasa.
Meskipun demikian, halte ini menjadi pilihannya untuk mengungsi karena tempatnya tinggi hingga tidak tersentuh banjir. Selain itu, penggunaannya sudah diizinkan oleh pihak Unit Pengelola (UP) Transjakarta.
Kekurangannya, kata Tayumi, hanya ketika atap halte bocor saat hujan turun lagi dan halte itu jauh dari fasilitas WC umum. Apalagi Tayumi tidak mengungsi sendirian. Ada anaknya, Ciarsih (37), dan dua cucunya.
"Paling susah kalau harus mandiin cucu, karena kita harus ke masjid dulu atau WC umum yang harus antre sama warga lain juga. Apalagi cucu masih bayi," kata Tayumi seraya mengusap kepala cucunya yang masih berusia tujuh bulan.
Sementara Ciarsih mengaku ia bersama keluarganya bersedia apabila nantinya Pemprov DKI Jakarta merelokasi mereka ke rumah susun. Sebab, tempat tinggalnya selama ini berada di bantaran Kali Mookevart, Jakarta Barat. Hujan sedikit saja, debit air di kali itu meluap dan merendam rumah semipermanen mereka.
"Sekarang kalau sudah mendung saja, kita deg-degan banget, pasti banjir lagi. Tapi, kalau kita dipindah ke rusun sama Pak Jokowi, nurut saja," kata Ciarsih.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Kompas.com, Halte Transjakarta Jembatan Baru terlihat lebih kumuh. Seluruh bagian depan halte tersebut telah ditutup oleh terpal berwarna oranye dan biru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Terpal itu sengaja dipasang untuk melindungi para pengungsi dari panas dan hujan.
Sebagian besar pengungsi adalah kaum ibu dan anak-anak. Ada yang sedang mengasuh anaknya, menenangkan anaknya yang terus menangis, dan beristirahat di sela-sela pintu otomatis tiket transjakarta. Ada dua petugas transjakarta yang siaga menjaga halte.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.