Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Lelah Mengungsi dari Banjir, tapi Belum Ada Solusi Segera...

Kompas.com - 07/02/2014, 08:13 WIB

KOMPAS.com — "GUE udah pegel ngeliat banjir yang kagak surut-surut," ujar Sopiah (54) dengan nada nelangsa sambil mengamati luapan Kali Ciliwung yang merendam rumahnya di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (6/2/2014). Sudah 29 tahun, seusia anaknya yang dewasa, perempuan ini tinggal di bantaran Kali Ciliwung, Kampung Pulo, dan baru kali ini dia mengalami bencana banjir berkepanjangan.

Sudah tiga minggu 7.000 warga Kampung Pulo bertahan di sejumlah tempat pengungsian. Jumlah itu belum ditambah dengan warga yang bertahan di rumah masing-masing, emperan toko, dan rumah kerabat. Total ada 18.000 warga Kampung Pulo yang rumahnya terendam.

Menurut Sopiah, banjir kali ini merupakan yang terlama yang pernah dia alami. Banjir pada 2007 memang lebih besar hingga merendam kawasan Pasar Jatinegara, tetapi hanya terjadi sekali. Sekarang, setidaknya tiga kali Ciliwung meluap sampai Jalan Jatinegara sehingga seluruh permukiman Kampung Pulo terendam.

Sopiah pasrah jika pemerintah merelokasinya ke rumah susun saat ini juga. Hanya, menurut ibu tiga anak ini, tempat relokasi harus tetap sesuai dengan sosialisasi yang telah disampaikan pemerintah kepada warga bahwa warga Kampung Pulo direlokasi ke rusun yang dibangun di eks Kantor Dinas Pekerjaan Umum di Jalan Jatinegara Barat.

Sopiah menolak dipindah ke tempat lain karena lokasi yang dijanjikan pemerintah jauh dari tempat tinggalnya sekarang dan Pasar Jatinegara. Harap maklum, di situlah suami Sopiah, Kusnadi (55), selama ini berjualan barang rongsokan.

"Suami hanya jalan kaki dari rumah ke pasar. Lebih hemat karena penghasilan hanya Rp 50.000 sehari, cukup untuk makan kami. Kalau dipindah terlalu jauh, uangnya habis untuk ongkos angkutan," tuturnya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI menawarkan relokasi di Rusun Komaruddin di Cakung, tetapi warga menolak.

Alasan yang sama disampaikan warga lainnya, Ipit (61). Ibu lima anak ini pun sangat ingin direlokasi karena sudah lelah menghadapi banjir. Dia ingin tempat relokasi itu tetap berada di dekat Kampung Pulo.

Tinggal di Kampung Pulo, Ipit cukup berjalan kaki menuju tempatnya bekerja sebagai pengasuh bayi di Kampung Melayu. Dengan berjalan kaki, dia bisa menghemat upah yang hanya Rp 20.000 sehari.

Tempat pengungsian terdekat di kantor Sudin Kesehatan Jakarta Timur kini padat pengungsi. Ipit pernah mengungsi di GOR di Jalan Otista, tetapi malah tekor karena setiap hari harus keluar uang sedikitnya Rp 6.000 ke tempat kerja.

Setiap pagi dari rumahnya, Ipit berenang menembus banjir menuju tempatnya bekerja. "Capek sekali, sampai engap-engapan setiap kali habis ngoyor (berenang) di banjir. Tapi, bagaimana lagi, entar malah tidak makan," kata Ipit.

Ipit hanya dibantu oleh dua anaknya yang bekerja. Tiga anaknya yang lain masih menganggur. Anaknya yang bekerja pun bernasib sama seperti Ipit, hanya buruh harian di Pasar Jatinegara dengan upah Rp 40.000 per hari.

Tak ada kemajuan

Rencana relokasi warga Kampung Pulo belum juga mengalami kemajuan. Pemerintah Kota Jakarta Timur sudah empat kali melakukan sosialisasi, tetapi belum juga bisa beranjak ke langkah selanjutnya, seperti pengukuran tanah dan bangunan sebagai perhitungan ganti rugi.

Itu terjadi karena batas areal untuk normalisasi Kali Ciliwung belum juga ditandatangani Gubernur DKI. Pemprov DKI hanya mampu merelokasi warga untuk pelebaran Kali Ciliwung selebar 30 meter. Sementara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane menginginkan pelebaran hingga 50 meter.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Megapolitan
Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

Megapolitan
Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Megapolitan
Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Megapolitan
Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Megapolitan
Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Megapolitan
Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Megapolitan
Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Polisi Periksa Pelajar SMP yang Jadi Korban dan Pelaku Perundungan di Bogor

Megapolitan
Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com