Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transjakarta Baru Berkarat, Mengapa Tetap Dioperasikan?

Kompas.com - 10/02/2014, 07:33 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan mengatakan, alasan sejumlah bus baru transjakarta dan bus sedang yang mengalami kerusakan saat proses pengiriman sangat tidak masuk akal. Menurutnya, alasan tersebut hanya mengada-ada.

Azas menjelaskan, jika memang terjadi kerusakan saat proses pengiriman, pihak penerima bisa mengajukan keberatan sejak jauh hari. Apalagi, proses pengiriman terjadi pada periode Desember 2013.

"Pengapalannya kan Desember, kenapa sudah tahu itu berkarat tetap dioperasikan? Jadi alasannya mengada-ada, hanya tipu-tipu itu. Jadi gini, kalau memang terjadi kesalahan dalam proses pengapalan, salah kalau kemudian langsung dioperasikan," katanya kepada Kompas.com, Minggu (9/2/2014).

Selain itu, kata Azas, jika memang bus-bus mengalami kerusakan dalam proses pengiriman, artinya bus-bus yang dibeli dari China itu memiliki kualitas yang buruk. "Jelek sekali dong mutu busnya kalau pas proses pengapalan saja sudah berkarat. Gimana ketika sudah beroperasi? Tentu akan sulit menjaga kualitasnya," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPRD DKI Triwisaksana mengatakan, seharusnya ada proses pengecekan saat proses serah terima barang. "Untuk kelayakan pakai harusnya kan dicek dulu. Jika memungkinkan, Pemprov harusnya menggunakan pakar otomotif yang independen untuk mengecek kelayakan bus-bus tersebut," ujar anggota Komisi B ini.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono dan Direktur Utama PT Sun Abadi Indra Krisna, selaku agen tunggal pemegang merek (ATPM), menampik bahwa bus transjakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB) yang baru diluncurkan adalah barang bekas. Mereka pun sepakat jika kerusakan yang ada disebabkan saat proses pengiriman.

Indra menjelaskan, proses pengiriman bus dilakukan dua kali. Yang pertama awal November 2013, kemudian pada pertengahan bulan yang sama. Pengiriman pertama, kata Indra, tidak ada masalah, sementara pengiriman kedua terkendala cuaca berkabut serta gelombang tinggi.

Akibatnya, bus yang dijadwalkan dikirim pada 20 November dari Pelabuhan Shanghai dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember, jadi molor hingga berangkat pada 29 November dan tiba pada 2 Januari 2014. Pada saat terapung di lautan dengan cuaca badai itulah, proses korosi komponen bus-bus terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com