Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Baru Rusak, Jokowi Diminta Tindak Dishub DKI

Kompas.com - 10/02/2014, 09:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi E DPRD Jakarta Dwi Rio Sambodo meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menyelidiki mengapa bus-bus transjakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB) yang baru mengalami kerusakan.

"Gubernur DKI harus menindak orang Dishubnya. Toh, selama ini Jokowi selalu menindak PNS nakal tanpa pandang bulu," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (10/2/2014) pagi.

"Jika ada penyimpangan anggaran, jangan hanya berupa sanksi administratif, tapi tindak lanjuti menurut hukum berlaku," lanjutnya.

Dwi Rio mengungkapkan, alasan yang dilontarkan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono bahwa bus-bus rusak lantaran kena cipratan air laut selama perjalanan dari China ke Jakarta tak masuk akal. Pertanyaannya, apakah kapal itu tak tertutup? Apa komponen bus itu berada di luar sehingga mudah kena air laut?

"Kebenaran itu harus dipastikan supaya jangan sampai muncul fitnah," ucap politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Sebelumnya diberitakan, beroperasinya 90 dari 310 bus transjakarta dan 18 dari 346 BKTB baru di Jakarta ternoda. Sebanyak 5 bus transjakarta dan 10 BKTB mengalami kerusakan pada sejumlah komponennya.

Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Udar Pristono membenarkan adanya kerusakan beberapa komponen bus yang baru diluncurkan beberapa waktu lalu di Jakarta. Pristono mamastikan pihak agen tunggal pemegang merek (ATPM) telah mengetahui kerusakan dan bakal segera mengganti spare part-nya dengan yang baru, mengingat Dishub DKI baru melakukan 20 persen pembayaran.

"Itu sudah ada perjanjiannya Dishub dengan ATPM. Mereka juga sudah bersedia bertanggung jawab full atas kerusakan," ujarnya.

Direktur Utama PT Sun Abadi, Indra Krisna, selaku pihak ATPM, menampik bahwa bus transjakarta dan unit BKTB yang baru diluncurkan adalah barang bekas. Menurutnya, bus kota dengan spesifikasi high floor hanya ada dua di dunia, yakni Bogota, Kolombia; dan Jakarta, Indonesia. Oleh sebab itu, tidak mungkin bus itu bekas.

Terkait kerusakan yang terjadi di beberapa komponen bus, Indra mengatakan, hal itu terjadi ketika proses pengapalan. Pengiriman bus dilakukan dua kali. Pertama pada awal November 2013, serta yang kedua pada pertengahan November 2013.

Pengiriman pertama, lanjut Indra, tidak ada masalah. Sementara itu, pada pengiriman kedua terkendala cuaca berkabut serta gelombang tinggi. Alhasil, bus yang seharusnya dikirim pada 20 November dari Pelabuhan Shanghai dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember, jadi molor hingga baru berangkat pada 29 November dan tiba di Jakarta pada 2 Januari 2014.

Menurutnya, pada saat terapung di lautan dengan cuaca badai itulah proses korosi komponen bus-bus terjadi. "Harusnya proses pengapalan bus hanya setengah bulan menjadi satu setengah bulan. Cuaca memang tak bisa disalahkan," ujarnya.

Indra juga menegaskan bahwa segala barang kiriman yang rusak akibat proses pengapalan bukan tanggung jawabnya, melainkan pihak pelayaran. Menurutnya, pihak pelayaran bersedia mengganti komponen bus yang rusak tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com